Selamat Hari Kartini 2022, Menggugat Makna Cantik. (Cantik + Berani Kotor Itu = HEBAT)

Menggugat Makna Cantik
Selamat Hari Kartini 2022
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



By A. Hanief Saha Ghafur, Ketua Program Doktor Kajian Stratejik & Global, SKSG, Universitas Indonesia. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-PTIK.

Let the beauty of what you love, be what you do. (Jalaluddin Rumi)

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Sejatinya cantik itu tidak universal. Bahkan bersifat parokialistik dan lokalistik milik suku dan ras tertentu. Namun semakin kencangnya hembusan globalisasi memberi kesan gambaran cantik semakin kuat mengarah kepada perempuan Berbie berkulit putih di Eropa & Amerika. Sejatinya orang Afrika & Afro-American juga punya definisi & gambaran tersendiri tentang cantik, berbeda dengan orang Eropa & Amerika kulit putih. Orang Afrika berkulit hitam tidak bisa dipaksa punya gambaran yang sama dengan orang kulit putih. Oleh karena itu, kita jangan pernah mau didekkte untuk mendefinisikan cantik menurut orang lain. Jadilah diri kita sendiri dan dimulai dari dalam diri kita sendiri.

Hanya karena kesadaran kita dibombardir terus menerus oleh media, khususnya Barat sehingga kita punya imaji cantik itu identik dengan kulit putih. Bedak dan bonekapun harus putih. Memberi kesan hitam itu gelap, & kotor. Cantik itu seperti wanita Barbie berkulit putih di Paris, New York, & London. Hitam itu identik dengan jelek, kotor, & gelap. Coba andai kemajuan peradaban dunia itu ada di Afrika. Pusat mode & industri kecantikan dunia itu ada di Afrika. Pasti kita berlomba-2 meniru wajah Afrika. Bedak kita bukan putih, tetapi hitam. Bahkan bagi orang desa tidak perlu sulit mencari bedak, pantat wajan-pun juga jadi.

Pada orang-orang tertentu justeru gambaran cantik itu telah bergeser dari bermakna indah menjadi rasisme tanpa sadar. Kesadaran rasis berdasarkan warna kulit & orientasi cantik. Menerima begitu saja kesan & gambaran monolitik tentang cantik berdasarkan warna kulit. Apa yang salah ?? Yang salah adalah kesadaran diri kita sendiri yang reseptif, tidak kritis, & menerima kebudayaan begitu saja. Terutama kosmopolitanisme budaya kaum urban melalui tebaran media promosi & iklan komersial. Budaya inilah yang diglobalisasikan ke seluruh penjuru dunia. Diglobalisasikan dari pusat-pusat metropolis dunia ke daerah-daerah pinggiran (peripherals) di kampung2 kita.

Buatlah definisi cantik itu selalu subyektif. Tak semata cantik lahir, tapi juga batin. Tak semata kata benda, tetapi juga kata kerja. Seperti kalam mutiara Jalaluddin Rumi : Biarkan keindahan dari apa yang kamu cintai itu menjadi apa yang kamu lakukan.

Indah dan cantik dari apa yang kita lakukan dapat meneladani keteguhan & kerja keras suatu keluarga yang saling menyokong. Ayahnya blantik sapi dan kambing. Dagangannya diserahkan ke anak gadisnya yang ambil kuliah di UNJ. Si Anak manfaatkan waktu luang untuk kuliah sambil melayani para pembeli. Cantik tetapi berani kotor. Cantik sejati tak semata jadi etalase & pamer di rumah kaca. Tetap giat kerja untuk sukses mengabdi pada kehidupan. (Bisa ditonton pada Video di atas)

Saat ini banyak para Kartini Indonesia yang sudah maju, mandiri, & sejahtera. Namun nun jauh di pelosok desa masih banyak perempuan yang perlu diberdayakan & disejahterakan. Mereka berani kotor, berkeringat, & kerja keras sekedar mengais rezeki untuk keluarganya. Namun mereka tetap tegar & berani bertaruh untuk kehidupan & kesejahteraan keluarganya. SELAMAT HARI KARTINI. Salam dari Kartiyem, Karsiyem, & Kartinem di desa untuk kita & Anda semua. Salam HSG.
Depok 21 April 2022

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *