Khutbah Jumat: Keistimewaan Bulan Muharram

Keistimewaan Bulan Muharram
Keistimewaan Bulan Muharram
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Menyelisihi Ahli Kitab

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ الْيَوْمَ التَّاسِعَ

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Jika Muharram tahun depan saya masih hidup, saya akan puasa tanggal 9.” (HR. Ahmad 1971, Muslim 2723 dan yang lainnya) [1]

Tentunya Rasulullah ingin berpuasa juga di tanggal 9 karena untuk menyelisihi ahli kitab. Orang-orang ahli kitab berpuasa di hari itu. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lainnya; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika datang ke Kota Madinah, beliau mendapati para ahli kitab yaitu orang-orang yahudi berpuasa di tanggal 10 Muharram.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada mereka, “Hari apa ini?” Mereka berkata, “Ini hari yang Allah selamatkan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun. Maka kami ingin berpuasa di hari ini.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

أَحَقُّ بموسى منكم

“Aku lebih berhak kepada Nabi Musa dari pada kalian.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Lalu karena orang Yahudi pun berpuasa di tanggal ini, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk menyelisihi mereka.

Karena menyelisihi ahli kitab merupakan perkara yang telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada kita. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk menyerupai mereka. Beliau bersabda;

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Maka agar tidak menyerupai orang-orang Yahudi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada tanggal 9 atau tanggal 11 nya. Sehingga puasanya tidak serupa dengan puasanya orang-orang Yahudi.

Perbanyak Puasa

Ummatal Islam a’azzakummullah,

Maka dari itu kita berusaha semaksimal mungkin untuk bisa berpuasa pada tanggal itu. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwasanya seutama-utamanya puasa setelah bulan Ramadhan yaitu berpuasa di bulan Allah; Muharram.

Ternyata puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah berpuasa di bulan Muharram, ya akhal Islam.

Ini menunjukkan bahwa di bulan Muharram ini pun sangat dianjurkan bagi kita untuk banyak berpuasa. Karena nilainya sangat besar dan tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa itu puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan.

Ummatal Islam a’azzakummullah wa iyyakum,

Di bulan Muharram ini marilah kita mulai dengan lembaran yang lebih putih. Marilah kita berusaha untuk memperbaiki/ membenahi diri. Ketika kita setahun kemarin telah banyak berbuat dosa dan maksiat, maka kita berusaha untuk bertaubat dan banyak beramal shalih di tahun ini.

Demi Allah, kita tidak tahu kapan ajal akan mendatangi dari kita. Entah itu besok, lusa, ataukah tahun yang akan datang. Kita tidak tahu.

Maka tugas setiap mukmin adalah mempersiapkan dirinya menuju kematian itu dengan banyak beramal shalih. Dan ini adalah bulan yang sangat tepat bagi kita untuk beramal shalih. Sehingga pada waktu itu kita bisa mendapatkan pahala yang melimpah ruah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lebaran Anak Yatim

Ya akhal Islam,

Kemudian di sana ada perkara-perkara yang diyakini oleh sebagian kaum muslimin itu adalah termasuk syariat Islam. Padahal itu bukan syariat Islam sama sekali. Sebagian kaum muslimin mempunyai keyakinan bahwa pada tanggal 10 Muharram (Hari Asyura) itu lebarannya anak yatim. Mereka punya keyakinan itu dan kemudian menyantuni anak yatim di hari itu.

Padahal sama sekali tidak ada dalil dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidak ada keterangan dari para sahabat, tidak pula para tabi’in, imam yang empat, ataupun para ulama hadits. Semua itu diada-adakan.

Justru kata para ulama tentang 10 Muharram (Hari Asyura) ini ada dua firqah yang menyimpang. Yang pertama firqah Syi’ah. Mereka menjadikan hari tersebut hari Asyura sebagai hari berkabung. Bahkan mereka menyiksa diri pada waktu itu. Firqah yang kedua yaitu firqah khawarij. Mereka menjadikannya sebagai perayaan. Bahkan mereka bersenang-senang di situ. Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak demikian.

Ahlussunnah Wal Jama’ah menghormati tanggal 10 Muharram dengan cara berpuasa karena itu yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak meyakini keyakinan-keyakinan yang tidak pernah ada dasarnya dari Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwasanya menyantuni anak yatim dianjurkan di waktu kapan saja sepanjang tahun.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *