Kisah Sang Pencerah KH Ahmad Dahlan, Susah Payah Mendirikan Organisasi Islam Muhammadiyah

Sang Pencerah KH Ahmad Dahlan
Sang Pencerah KH Ahmad Dahlan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Hari ini, 136 tahun silam atau tepatnya 1 Agustus 1886, merupakan hari kelahiran KH Ahmad Dahlan. Dia adalah pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan pengikut mencapai 60 juta orang pada 2019. Selain itu, sebagai tokoh kebangkitan nasional, Ahmad Dahlan juga ditetapkan sebagai pahlawan.

Mendirikan sebuah organisasi Islam dengan paham keislaman murni di era masyarakat yang masih berpegang teguh pada takhayul, bidah, dan khurafat merupakan tantangan berat bagi Ahmad Dahlan. Dengan mendirikan Muhammadiyah, dia berusaha mengembalikan ajaran-ajaran agama sesuai Alquran dan hadis. Namun penolakan masyarakat terhadap Muhammadiyah sangat tinggi kala itu. Sebagai pimpinan organisasi, Ahmad Dahlan kerap mendapat hinaan, cacian, dan bahkan ancaman.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kendati menghadapi sejumlah aral, Nur Khozin dan Isnudi dalam buku KH Ahmad Dahlan (1868 – 1923) mengungkapkan, Ahmad Dahlan berhasil melakukan gerakan pembaharuan dalam bidang agama, pendidikan, sosial dan budaya melalui organisasi Muhammadiyah. Dedikasinya dalam melakukan pembaharuan sukses mengubah pandangan masyarakat terhadap gagasan-gagasan barunya. Mereka yang semula menolak, perlahan-lahan mulai menerima dan mengikuti paham keislaman sebagaimana menurut Alquran dan hadis.

Mengutip dari buku Riwayat Hidup KHA Dahlan (1968) oleh Junus Salam, Ahmad Dahlan lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta. Nama lahirnya adalah Muhammad Darwis. Putra pasangan Kiai Haji Abu Bakar bin Haji Sulaiman dengan Siti Aminah binti Kiai Haji Ibrahim ini ternyata merupakan keturunan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. Sunan Gresik merupakan seorang Wali Songo, yang dianggap yang pertama kali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Garis keturunan tersebut didapatkan dari pihak ayah.

Adapun nasab Ahmad Dahlan hingga sampai kepada Sunan Gresik, sebagaimana dinukil dari buku Riwayat Hidup Njai Kiai Haji Ahmad Dahlan (1968) oleh HM Junus Anis, yaitu Muhammad Darwis bin Haji Abu Bakar, bin Kiai Haji Muhammad Sulaiman, bin Kiai Murtadla, bin Kiai Ilyas, bin Demang Jurang Kapindo, bin Jurang Juru Sapisan, bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig, bun Maulana Muhammad Fadlullah, bin Maulana Ainul Yaqin, bin Maulana Ishaq bin Maulana Ibrahim.

Ayah Ahmad Dahlan merupakan abdi dalem Kesultanan Yogyakarta, menjabat sebagai khatib di Masjid Gedhe yang bertugas memberikan khotbah salat Jumat secara bergiliran dengan khatib lainnya. Didik Lukman Hariri dalam buku Jejak Sang Pencerah (2010) mengungkapkan, Muhammad Darwis atau Ahmad Dahlan kecil telah terlihat sebagai anak yang cerdas dan kreatif. Dia mampu mempelajari dan memahami kitab yang diajarkan di pesantren secara mandiri.

Ahmad Dahlan dididik secara langsung oleh orang tuanya dalam lingkungan keluarga. Saat usianya baru menginjak 8 tahun, Ahmad Dahlan sudah mampu membaca Alquran sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Ahmad Dahlan juga menuntut ilmu agama pada ulama lain, sehingga pengetahuannya terus bertambah dan makin luas. Setelah dinilai cukup menguasai pengetahuan agama, ayahnya kemudian meminta Ahmad Dahlan merantau ke Mekah. Selain untuk menunaikan ibadah haji, sekaligus memperdalam pengetahuan agama.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *