Hikmah Siang : Mengenal Kufur Nikmat, Sikap Tercela yang Mendatangkan Azab Allah

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



 

Hajinews.id – Kadang kala manusia lupa akan nikmat dari Tuhannya yang tiada tara. Kita mungkin berpikir bahwa hanyalah harta nikmat dari Allah. Padahal, kesehatan, waktu, ataupun dimudahkan beribadah juga termasuk ke dalam kategori tersebut.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jangan sampai kita lupa bersyukur dan malah kufur terhadap nikmat Allah. Kali ini, IDN Times bakal mengajakmu untuk mengenal lebih dekat dengan kufur nikmat, salah satu sikap tercela yang bisa mendatangkan murka Allah SWT.

1. Ketika menyandarkan nikmat kepada selain Allah

Apa maksudnya menyandarkan nikmat kepada selain Allah? Misalnya, kita sedang mengalami kesusahan. Tiba-tiba, orang lain datang membantu. Alih-alih mengucapkan Alhamdulillah, kita malah berkata, “Untung ada kamu. Kalau tidak, aku pasti bakal begitu”.

Nah, itu merupakan penyandaran nikmat yang keliru dan berpotensi menjerumuskan kita ke dalam sikap kufur. Sebagai muslim, kita harus sadar bahwa setiap rezeki dan nikmat yang kita terima, baik dengan atau tanpa ikhtiar, semata-mata adalah atas pemberian dan izin Allah SWT.

Hal tersebut ditegaskan dalam Surah An-Nahl ayat 53 yang berbunyi, “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl, [16]:53).

Dalam hal ini, orang yang membantu kita sejatinya adalah nikmat dari Allah, tapi dalam bentuk perantaraan manusia. Merujuk laman muslim.or.id, apabila kita mengucapkan perkataan sebelumnya tanpa ada keyakinan bahwa uluran tangan orang tersebut berasal dari Allah, kita sudah bisa dianggap melakukan syirik besar, lho!

Namun, dikutip dari muslim.or.id, ulama menyebutkan situasi tertentu di mana menyandarkan nikmat kepada selain Allah masih diperbolehkan, di antaranya

Menyandarkan nikmat kepada selain Allah sekadar untuk memberitakan sesuatu. Namun, perlu diingat bahwa informasi yang diberitakan harus sesuai kenyataan. Contoh kasusnya adalah tentang warisan. Semisal ada yang bertanya, “Dari mana kamu mendapatkan tanah ini?”, maka tidak masalah jika kita menjawab, “Tanah ini warisan orangtua saya.”

Menyandarkan nikmat kepada sesuatu yang pengaruhnya sudah teruji oleh hasil penelitian atau percobaan. Contohnya adalah konsumsi obat. Obat memang dapat menyembuhkan penyakit tertentu. Namun, kita tetap tak boleh lupa bahwa kesembuhan yang didapatkan merupakan nikmat yang datang dari Allah. Dalam hal ini, tidak apa-apa jika kita berkata, “Atas izin Allah, saya sembuh setelah meminum obat ini.”

2. Ancaman bagi orang yang kufur nikmat
ilustrasi kufur nikmat

Dalam Al-Qur’an, Allah telah menyebutkan ancaman bagi mereka yang kufur terhadap nikmat-Nya. Dalam Surah Ibrahim ayat 7, Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim, [14]:7).

Dari ayat di atas, bisa kita lihat bahwa sikap mengingkari atau kufur nikmat Allah tidak akan membawa kebaikan, selain azab-Nya. Seperti apa azab dari orang yang ingkar terhadap pemberian Allah?

Dari laman muslim.or.id, salah satu manusia yang mendapat murka Allah akibat kufur nikmat adalah Qorun. Namanya tercatat dalam Al-Qur’an Surah Al-Qashash ayat 76–83.

“Qorun berkata, ‘Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.’ Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” (QS. Al-Qashash, [28]:78).

Berdasarkan ayat di atas, Qorun menganggap bahwa harta yang ia miliki bukanlah karena pemberian Allah, melainkan karena usahanya (ilmu) sendiri. Selain merasa sombong tidak memuji Allah, Qorun juga tidak menggunakan hartanya di jalan yang benar.

Sungguh begitu nyata kufur nikmat yang telah Qorun perbuat. Akibat sikapnya tersebut, Allah pun menimpakan azab dengan membenamkannya ke dalam bumi. Ini dijelaskan dalam Surah Al-Qashash ayat Surah Al-Qashash ayat 81.

“Maka, Kami benamkanlah Qorun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. Al-Qashash, [28]:81).

3. Allah akan menambah nikmat bagi orang yang bersyukur

Dari penjelasan sebelumnya, tentu kita tak mau berakhir menyedihkan layaknya Qorun. Maka dari itu, sudah sepatutnya bagi seorang muslim untuk berucap syukur kepada Allah. Lagipula, tak ada ruginya untuk bersyukur.

Dilansir Rumaysho, Ibnu Katsir mengatakan bahwa manfaat dan pahala dari bersyukur akan kembali kepada orang yang melakukannya. Hal ini berdasarkan yang tertera dalam Surah Luqman ayat 12, yaitu

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Luqman, [31]:12).

Selain itu, pada ayat ketujuh Surah Ibrahim di bagian sebelumnya, dijelaskan bahwa Allah SWT akan menambahkan nikmat dan rezeki bagi orang-orang yang mau bersyukur.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *