Seruan Jokowi Dari Bali

Seruan Jokowi Dari Bali
Seruan Jokowi Dari Bali
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Pilihan kalimat, “kita harus mengakhiri perang”, sungguh sebuah pilihan jalan tengah yang menegaskan spirit independensi kebijakan luar negeri Indonesia. Tidak mudah bagi Jokowi untuk memilih kata-kata bahkan kalimat yang bisa memuaskan kedua belah pihak dan tidak mempermalukan salah satu pihak. Apalagi Jokowi mengakui bahwa “perlu upaya yang luar biasa agar kita dapat duduk bersama di ruangan ini.”

Sebagai tuan rumah, sebagai negara yang memegang presidensi G20, Jokowi berusaha untuk bisa ngemong semua pihak; berusaha untuk menyelamatkan muka masing-masing pihak, agar semua merasa menang. Tidak ada satupun yang merasa dipermalukan dan dikalahkan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Barangkali, inilah yang disebut dalam falsafat Jawa sebagai nglurug tanpa bolo, menang tanpa ngasorake, menyerbu tanpa pasukan, menang tanpa mempermalukan yang dikalahkan.

Dengan itu, Jokowi sekaligus hendak “memuaskan kedua belah pihak” yang berdiri berseberangan. Di satu sisi, Jokowi “memenuhi” keinginan AS dan sekutunya negara-negara Barat, yang ramai-ramai menuding Rusia sebagai sumber persoalan dunia, maka harus dikutuk, condemn.

Keinginan AS dan sekutunya itu dipenuhi dengan mengatakan “perang harus dihentikan” dan “kita tak boleh membiarkan dunia jatuh ke dalam Perang Dingin lagi.” AS dan sekutunya pun semestinya “dipuaskan” dengan pernyataan Jokowi agar (semua negara) bertanggung jawab. Yang artinya menghormati hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB secara konsisten.

Piagam PBB  pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa setiap negara mempunyai persamaan kedaulatan. Oleh karena itu, tidak ada suatu negarapun yang mempunyai hak melakukan intervensi baik fisik maupun non-fisik, langsung maupun tidak langsung, terhadap urusan domestik negara lain.

Invasi militer Rusia ke Ukraina adalah sebuah tindakan tidak menghormati hukum internasional (melanggar kedaulatan negara lain) dan melanggar prinsip-prinsip PBB secara konsisten. Tetapi, Jokowi tidak menyebut yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina, secara langsung.

Ini adalah cara Jokowi untuk tidak ingin membuat Rusia (Putin) terpojok, meski sudah dipojokkan negara-nagara lain. Sebab bila dipermalukan dan terpojok, Putin (mungkin) bisa menjadi lebih nekat dan mungkin akan berdampak buruk pula terhadap hubungan dua negara.

Maka dalam pidatonya, Jokowi tidak mengutuk, meng- condemn Rusia, walau jelas sebagai penyebab perang. Tapi lebih memilih mengingatkan bahaya dahsyat bagi dunia dan generasi mendatang akan terjadi bila perang tidak dihentikan. “Hentikan perang!”

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *