7 Fakta Tentang Sultan Muhammad Al-Fatih, Penakluk Konstantinopel

Sultan Muhammad Al-Fatih
Sultan Muhammad Al-Fatih
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Nama Sultan Muhammad Al-Fatih tidak hanya harum dalam peradaban Islam, namun kisahnya juga tercatat dalam banyak buku dan dokumen sejarah dunia. Eropa memuja sosoknya setelah menaklukkan benteng Konstantinopel yang sangat kuat.

Pemimpin muda ini bernama Sultan Muhammad II atau lebih dikenal dengan Sultan Mehmed II. Lahir di Edirne, Turki, ibu kota Daulah Utsmaniyah pada tanggal 27 Rajab 835 H atau 30 Maret 1432 M, ia merupakan anak ketiga dari Sultan Murad II dan istri keempatnya Huma Hatun.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Nama Al-Fatih sendiri berarti “Sang Penakluk”. Konstantinopel merupakan benteng terbesar dan terkuat yang pernah ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih.

Berikut 7 fakta tentang Sultan Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel:

  1. Sejak Kecil Berkeinginan Menaklukkan Konstantinopel

Saat memasuki usia 12 tahun, Sultan Muhammad Al-Fatih sudah berkeinginan kuat menaklukkan benteng Konstantinopel. Beliau telah mencermati usaha ayahnya untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang 48 tahun sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan kuat untuk meneruskan cita-cita umat Islam.

  1. Menjadi Jawaban dari Bisyarah Rasulullah SAW

Sultan Muhammad Al-Fatih menjadi jawaban dari bisyarah yang pernah disampaikan Rasulullah SAW dalam satu Hadis:

لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ، فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا، وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad dalam Al-Musnad)

Hadis ini mendorong Sultan Mehmed II berusaha keras untuk menaklukkan Konstantinopel dan ingin menjadi sebaik-baik pemimpin seperti yang disabdakan Rasulullah SAW. Sultan Al-Fatih mewujudkan bisyarah Nabi yang selama 825 belum berhasil diwujudkan. Maka, terwujudnya bisyarah kedua juga membutuhkan bashirah, sebagaimana bashirah Muhammad Al-Fatih. Persis seperti ungkapan hikmah: “Siapa yang bisa melihat masa depan (dengan ketajaman mata hatinya), maka dia pasti bisa bersabar.”

  1. Sebaik-baik Pemimpin

Sultan Mehmed II ini berhasil mewujudkan cita-citanya menaklukkan benteng Konstantinopel yang kala itu paling kuat di dunia. Beliau bukan sembarang pemimpin. Al-Fatih adalah sebaik-baik pemimpin yang sejak kecil sudah dididik dengan agama dan ilmu pengetahuan.

Beliau dikenal sebagai pemimpin yang saleh. Semasa hidupnya tidak pernah meninggalkan salat fardhu maupun salat Tahajud. Beliau juga rajin puasa. Sejak berusia delapan tahun telah menghafal Al-Qur’an dan menguasai tujuh bahasa di antaranya, Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Parsi, dan Ibrani.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *