Hajinews.id – Para ahli mengungkap misteri di balik keajaiban Nabi Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya. Bagaimana cara mereka menemukannya?
Kisah Musa dan Fir’aun sendiri muncul dalam ajaran agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Al-Quran menceritakannya dalam Surat Thaha. Alkitab menceritakannya dalam Exodus (Keluaran).
Peristiwa terbelahnya Laut Merah mengacu pada peristiwa Keluaran yang dikutip oleh The Guardian. Mereka penasaran bagaimana Nabi Musa menyelamatkan Bani Israel dari kejaran Firaun.
Para ahli dari National Center for Atmospheric Research (NCAR) dan University of Colorado, Boulder (CU) merekonstruksi peristiwa tersebut menggunakan pemodelan komputer.
Namun, bentuknya menciptakan kombinasi ganda dari berbagai jenis angin dan gelombang yang dapat menyebabkan retakan di dasar laut, seperti yang terjadi pada peristiwa yang dikenal sebagai Exodus.
Para pakar membuat ulang kondisi yang memungkinkan air membelah untuk menciptakan daratan kering di tengahnya.
Para pakar itu lalu merelokasi peristiwa tersebut ke delta Sungai Nil. Hasilnya, para pakar menilai, angin kuat dari timur yang berhembus sepanjang malam dapat mendorong kembali air di laguna pantai di Mesir utara cukup lama.
Tim menyimpulkan kecepatan angin yakni 63 meter/jam dari timur di atas danau yang direkonstruksi secara digital di sepanjang area Mediterania, bisa menyapu air kembali ke pantai barat.
Peristiwa itu memperlihatkan dataran lumpur yang luas dan menciptakan jembatan darat yang akan tetap tinggi dan kering selama empat jam.
Hal itu dinilai cukup bagi Bani Israil berjalan melintasi dataran lumpur yang terbuka sebelum air mengalir kembali, menelan kavaleri Firaun.
Namun, para pakar tidak melakukan ujicoba ini di Laut Merah karena lokasinya yang tidak cocok dengan deskripsi dalam kisah Exodus yang diceritakan dalam Bibel.