All Jokowi’s Men dan Upaya Sistematis Menjegal Anies

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Anies tidak akan pernah bisa menjadi sintesa Jokowi, meskipun ia berkali-kali membantah bila hubungannya tidak harmonis dengan presiden. Demikian pula Jokowi tak pernah mengungkapkan ketidaksukaannya pada Anies. Tapi sejak Jokowi memecat Anies sebagai Menteri Pendidikan tak lama setelah dilantik-meski ia berperan besar dalam pemenangan sebagai Jubir-semua tahu inilah awal publik tahu Jokowi tak sreg dengan Anies. PDIP dan juga endorsement Jokowi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 terhadap pasangan Basuki Tjahaja Purnama -Djarot Saiful Hidayat adalah sinyal kuat bagaimana Jokowi ingin menjegal karir politik Anies sejak awal. Menjadi Gubernur DKI adalah tangga paling mudah untuk menjadi presiden seperti Jokowi.

Saling tidak suka atau tidak antara Jokowi dan Anies tidaklah penting, ini soal pilihan politik masing masing, dan tampaknya bukan masalah personal. Menariknya adalah belakangan Anies mengubah strategi kampanye dengan mencoba memaksimalkan potensinya sebagai antitesa Jokowi. Ini dimulai dari sebuah postingan Anies duduk santai memegang buku bersampul ‘Principles for Navigating Big Debt Crises’.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Narasi di akun medsos Instagram Anies begini; “Matahari yang terang itu, kini mulai meredup terbenam. Teduh, semilir dan tenang untuk membaca dan bersiap. Sebelum esok menyambut hari yang baru dan lebih baik.” Buku yang dipegang Anies di postingannya itu adalah karya investor top dunia, Ray Dalio yang berisi gagasan soal bagaimana kebijakan publik merespons masalah krisis utang. Buku ini menyediakan penjelasan tentang cara mengatasi krisis agar tak terulang kembali.

Ray Dalio memakai peristiwa krisis Depresi Hebat era 1930-an dan krisis keuangan tahun 2008 yang mengguncang dunia. Ray memaparkan sejarah krisis dan mengapa hal itu terjadi. Dalam bahasa terang, postingan Anies mungkin berbunyi begini, “Kalau saya jadi presiden saya sudah siap mengatasi masalah utang pemerintah yang menggunung warisan Jokowi.”

Tentu saja ini adalah serangan pertama yang cukup telak kepada Jokowi. Tindakan seperti ini tidak pernah Anies lakukan sejak ia dicalonkan Nasdem sebagai Capres. Sudah menjadi fakta Jokowi adalah presiden dengan prestasi menambah utang terbanyak sejak republik ini berdiri demi program masif infrastruktur. Bila SBY mampu menurunkan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari 54% pada 2004 menjadi hanya 24% pada akhir kepemimpinan, maka Jokowi membuat rasio utang pemerintah menjadi 40%. Dari Rp2.600 triliun menjadi nyaris Rp8.000 triliun atau mudahnya setiap kepala rakyat Indonesia saat ini menanggung utang Rp29 juta.

Serangan kedua adalah kritik terkait subsidi mobil listrik dalam acara “Deklarasi dan Pengukuhan Amanat Indonesia”, Minggu (07/05/2023). Mengutip Detik, Anies mengatakan “Solusi menghadapi tantangan lingkungan hidup polusi udara bukan lah terletak di dalam subsidi mobil listrik yang pemilik mobil listriknya yang mereka-mereka tidak membutuhkan subsidi. Betul?” tuturnya saat berpidato dalam acara .”

Kebijakan yang dikritik Anies adalah program subsidi pemerintah yang memberikan diskon sekitar Rp80 juta untuk setiap pembelian mobil listrik merek Hyundai Ioniq dan Wuling Air EV. Targetnya diberikan pada 35.900 unit, atau setara anggaran Rp2,8 triliun untuk tahun ini. Kritik ini cukup telak karena orang yang bisa membeli dua mobil itu pastinya orang kaya, dengan harga Iconiq termurah senilai Rp750 juta.

Dua kritik menohok ini adalah sinyal kuat Anies putar haluan strategi kampanye antitesa yang menawarkan program-program berbeda dengan Jokowi. Bandingkan dengan Ganjar dan Prabowo yang praktis memuji dan tidak pernah berani mengkritik Jokowi hingga saat ini. Tentu ini pilihan sangat berani dari Anies dan boleh dikata sebagai pertaruhan besar. Pertanyaannya, mengapa Anies nekat memilih jalan berbeda?

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *