Disway: U Tiga-I

U Tiga-I
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Di ujung jalan masuk itu ada plaza luas. Kami turun dari mobil sebelum plaza itu. Sejak dari situ tidak boleh lagi ada kendaraan. Siapa pun yang akan ke gedung induk UIII harus berjalan kaki melewati plaza luas itu.

Yang disebut gedung induk UIII pun bukanlah satu gedung. Ada tiga bangunan. Terpisah. Berdekatan. Komposisinya seperti membentuk gerbang besar. Komposisi gedung-gedung itu seperti menyiratkan sikap welcome.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bangunan paling kanan adalah masjid yang bukan seperti masjid –terlihat masjid hanya dari menaranya yang menjulang modern. Bangunan yang di tengah adalah gedung rektorat. Yang di sebelah kiri adalah gedung perpustakaan.

Tiga gedung itu melambangkan hati, tangan, dan otak.

Itulah filsafat dasar yang menjadi misi UIII. Hati, tangan, otak. Nurani, action, cerdas.

Di balik bangunan-bangunan itu ada danau. Memanjang dan melengkung. Saking panjangnya ujung danau tidak terlihat. Akan indah sekali. Kelak.

Kini danau itu masih seperti empang. Masih akan menunggu lama untuk bisa menjadi seindah danau di dalam kampus pusat Universitas Terbuka di Pondok Cabe Jakarta.

Di kejauhan sana terlihat asrama mahasiswa. Juga sebagian perumahan dosen. Saya tidak ke dua lokasi ini. Waktu tidak cukup. Saya langsung ke gedung perpustakaan. Empat lantai. Pakai eskalator. Saya ingin membandingkan dengan perpustakaan Mochtar Riyadi di kampus Tsinghua University Beijing –yang sebulan lalu saya ke sana.

Saya diantar menuju ruang atas perpustakaan itu. Ada satu lantai khusus untuk buku-buku referensi. Lantai yang lain untuk non-referensi.

Di lantai atas itu saya tertegun. Semua buku perpustakaan CSIS ada di sini. Sudah dihibahkan ke UIII. Perpustakaan CSIS sendiri sudah tutup. “Maka buku tentang masa Orde Baru paling lengkap sekarang ada di sini,” ujar Prof Bahrul.

Anda sudah tahu: CSIS adalah lembaga think tank pemerintahan Presiden Soeharto. CSIS singkatan dari Center for Strategic and International Studies –yang dulu sering dipelesetkan menjadi ”cina senang Indonesia susah”. CSIS didirikan oleh Prof Panglaykim –-ayah Dr Mari Pangestu. Prof Pang banyak membantu saya dalam membangun kembali Jawa Pos saat itu.

Ada juga buku-buku hibah dari Prof Merle Ricklefs, guru besar University of Melbourne. Anda sudah tahu: almarhum adalah ahli sejarah Jawa dan Indonesia.

Gedung perkuliahan UIII sendiri dibangun berjajar di belakang danau. Saya ke salah satu gedung perkuliahan itu. Empat lantai. Koridornya lapang dan terbuka. Sirkulasi angin mengalir sangat sepoi. Tangga-tangganya lebar dan banyak. Lift hanya untuk yang disabel dan orang tua.

Di gedung perkuliahan ini juga disediakan ruang dosen. Satu dosen punya satu ruang kerja. Lengkap. Semua dosen bergelar S-3. Itu pernah dianggap pemborosan oleh auditor negara. Pemahaman mereka tentang universitas yang ideal belum sampai di sana.

Sementara ini UIII memang baru membuka perkuliahan untuk S-2 dan S-3. Empat jurusan: kajian agama, pendidikan, ilmu sosial, dan ekonomi. Kelak akan ada kedokteran dan teknik.

Ada beban berat di pundak UIII: pakai identitas Indonesia, internasional, dan Islam. Harus bisa mencerminkan tiga identitas itu. Maka moderasi adalah misi utamanya.

Mahasiswa yang diterima di situ banyak dari negara yang Islamnya keras. Seperti Afghanistan. Siapa saja boleh melamar jadi mahasiswa. Diseleksi. Dapat beasiswa. Sebagian lagi adalah mahasiswa yang diundang.

Di situ saya bertemu mahasiswa dari Armenia, Afghanistan, Gambia, Timor Leste, dan Aljazair. Masih banyak yang lain: dari 22 negara.

Yang dari Timor dan Filipina beragama Katolik. Yang dari India beragama Hindu. Yang dari negara Islam lain banyak yang menganut mazhab non-Syafi’i.

“Saya kagum dengan moderasi agama di sini,” ujar mahasiswa dari Armenia. Ia mahasiswa S-3. Membawa istri dan anak balita. Saya bertemu anak itu. Lagi main-main di ruang asuh anak. Inilah universitas yang memiliki fasilitas ruang permainan untuk anak-anak mahasiswa.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *