Hajinews.id — Bukan soal asal-usul pembiayaan lembaga survei, Pengamat Politik Rocky Gerung mengatakan dirinya justru mempermasalahkan perilaku lembaga survei belakangan ini.
Sebelumnya beredar video berisi pernyataan Rocky bahwa pada awalnya hanya ada satu lembaga survei yaitu Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dibiayai oleh World Bank. Video tersebut salah satunya diunggah oleh akun Politisi Partai Demokrat Soeyoto (@soeyoto1).
“Nggak ada yang bayar di situ karena ini uang dunia uang world bank. Dari lembaga itu berternaklah di situ tokoh-tokoh yang ada sekarang,” ujar Rocky dalam video tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyebut informasi Rocky salah lantaran LSI dibiayai oleh JICA pada awalnya, bukan World Bank.
“Mas @arsul_sani, belum apa-apa Rocky Gerung sudah salah. Yang biayai @LSI_Lembaga bukan World Bank, tapi JICA,” ujar Burhanuddin melalui akun Twitter @BurhanMuhtadi pada Rabu (7/6/2023).
Terkait hal itu, pada intinya hal yang ia soroti dari lembaga survei kebanyakan saat ini adalah tidak adanya transparansi bahwa pembiayaan mereka dari partai politik.
“Secara etis nggak ada satupun lembaga yang mau mempertanggungjawabkan bahwa duit itu duit pesanan partai. Kan itu intinya. Jadi bukan asal-usul lembaga itu,” ujar Rocky, dikutip Suara Liberte dari kanal YouTube pribadi pada Jumat (9/6/2023).
Adapun asal-usul lembaga survei pertama di Indonesia berawal dari komprompi dunia yang mulai masuk pada masa transisi menuju demokrasi.
“Asal-usul lembaga itu dari awal itu adalah hasil kompromi dunia. Dunia pada waktu itu mulai masuk dalam transisi demokrasi ketiga,” jelas Rocky.
Oleh karena itu, sangat disayangkan dana asing yang digunakan untuk mem-backup demokrasi di Indonesia justru dibatalkan oleh perilaku lembaga survei yang tampak bertujuan untuk menggiring opini publik.
“Jadi bukan Cuma Indonesia yang dapat dana dari asing. Itu intinya. Tetapi dana asing itu dimaksudkan untuk memperkuat demokrasi,” sambung Rocky.