Kultum 157: Mengapa Ada Keraguan tentang Bid’ah?

Mengapa Ada Keraguan tentang Bid’ah?
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Sebab munculnya keraguan dan kerancuan tentang bid’ah adalah adanya pernyataan yang sering beredar dan didengungkan oleh sebagian orang bahwa tidak semua bid’ah itu sesat. Mereka mengatakan bahwa ada bid’ah yang terpuji yaitu bid’ah hasanah. Pernyataan ini bisa benar jika bidah didefinisikan (secara istilah) dengan mengatakan bahwa bid’ah itu ada yang tercela dan ada yang terpuji jika dinyatakan hanya berdasarkan ada dan tidak adanya suatu amalan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Pernyataan demikian ini dikatakan oleh Imam Asy Syafi’i dari Harmalah bin Yahya, beliau Rahimahullah berkata, الْبِدْعَة بِدْعَتَانِ : مَحْمُودَة وَمَذْمُومَة  artinya: bid’ah itu ada dua macam, yaitu bid’ah yang terpuji dan bid’ah yang tercela (dalam: Hilyatul Awliya’, 9/113, dalam: Darul Kitab Al ‘Arobiy Beirut-Asy Syamilah, dan dalam: Fathul Bari, 20/330, Asy Syamilah). Beliau Rahimahullah berdalil dengan perkataan Umar bin Al-Khathab tatkala mengumpulkan orang-orang untuk melaksanakan shalat Tarawih. Umar berkata, نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ  “Sebaik-baik bid’ah adalah ini” (lihat HR. Bukhari no. 2010).

Dengan adanya pembagian bid’ah semacam ini, sebagian orang menjadi ragu dan rancu, bahkan salah paham. Akibatnya sebagian orang mengatakan bahwa bid’ah itu ada yang baik (bid’ah hasanah) dan ada yang tercela (bid’ah sayyi’ah). Akibatnya, ada kelompok yang melakukan perkara bid’ah seperti merayakan Maulid Nabi atau shalat Nisfu Sya’ban yang semua ini tidak ada dalil yang tepat. Mereka membela perkara bid’ah ini dengan mengatakan “Ini kan bid’ah yang baik (bid’ah hasanah)”.

Akan tetapi kalau kita mau secara lapang dada melihat kembali dalil-dalil yang telah disebutkan di atas, baik dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maupun berdasarkan perkataan para sahabat, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa setiap bid’ah itu tercela dan sesat. Atas dasar hal demikian, perlu sekali kita mengetahui dan memahami sebab munculnya keraguan dan kerancuan ini. Tentu saja tujuannya adalah agar kita dapat memahami hakikat bid’ah secara benar.

Kiranya kita semua perlu memahami bahwa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam “sesungguhnya sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama)”. Dan sabda beliau, “setiap bid’ah adalah sesat”, serta sabda beliau, “setiap kesesatan adalah di neraka”. Kita juga perlu berhati-hati terhadap peringatan beliau tentang perkara yang diada-adakan dalam agama, semua ini adalah dalil tegas dari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Atas dasar itu, tidak boleh seorang pun menolak kandungan makna berbagai hadits yang mencela setiap bid’ah. Barangsiapa menentang kandungan makna hadits tersebut maka dia adalah orang yang hina. Jadi, tidak boleh ada seorang pun menolak sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersifat umum yang menyatakan bahwa “setiap bid’ah adalah sesat”, lalu malah mengatakan “tidak semua bid’ah itu sesat”.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *