Tidak Berdaya, Ekspor Ambruk, Rupiah pun Terpuruk, Dolar Tembus Rp15.000

Foto ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (Ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Mata uang Garuda dibuat tak berdaya terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis Produk Domestik Bruto (PDB) China di bawah ekspektasi dan ekspor Indonesia yang anjlok.

Merujuk pada Refinitiv, Rupiah ditutup melemah 0,30% ke level psikologis Rp 15.000/US$1. Pelemahan hari ini memutus tren positif rupiah yang sempat menguat dalam empat hari beruntun.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pelemahan rupiah ini disinyalir akibat penurunan ekspor Indonesia Juni 2023. Nilai ekspor Juni 2023 tercatat US$ 20,61 miliar. Nilai tersebut terkoreksi 4,08% (month to month/mtm) dan jeblok 21,18% (year on year/yoy).

Ekspor nonmigas Mei 2023 tercatat sebesar US$5,17 miliar, turun 5,17% dari Mei 2023. Penurunan ekspor nonmigas tersebut disebabkan oleh penurunan nilai ekspor beberapa komoditas bahan bakar mineral sebesar 11,45%. Nikel turun 41,33% dan logam mulia 41,41%.

Dengan ekspor yang melemah maka pasokan dolar AS ke pasar Indonesia bisa berkurang sehingga bisa menekan rupiah. Ekspor yang turun juga menjadi sinyal bahaya bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Selain itu, faktor eksternal terkait hasil pengumuman pertumbuhan PDB China. Tiongkok yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia menunjukkan hasil yang di bawah ekspektasi konsensus.

China melaporkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3% (yoy) pada kuartal II-2023. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2023 yakni 4,5% (yoy) tetapi jauh di bawah ekspektasi pasar yakni 7,3% (yoy).

Ekonomi Tiongkok hanya tumbuh 0,8% dibandingkan kuartal sebelumnya (quartal to quartal/qtq) pada periode April-Juni 2023. Pertumbuhan tersebut adalah yang terendah sejak kuartal III-2022.

Penjualan ritel China juga jeblok dan hanya tumbuh 3,1% pada Juni, terendah dalam lima bulan terakhir.
Melemahnya ekonomi China ini menjadi kekhawatiran pelaku pasar komoditas mengingat Tiongkok adalah konsumen terbesar untuk komoditas, mulai dari batu bara hingga emas.

Pelemahan ekspor dan ekonomi China membuat sentimen positif dari aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) terkubur. Aturan DHE diperketat karena eksportir wajib menyetor minimal 30% DHE selama minimal tiga bulan.

Pemerintah juga bisa mewajibkan konversi jika stabilitas ekonomi terguncang. Pengetatan aturan ini diharapkan akan meningkatkan pasokan dolar AS di Indonesia, sehingga Rupiah dapat menguat di masa mendatang.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *