Pedagang Tanah Abang Keluhkan Pendapatan Turun 50% Gegara TikTok cs

Pedagang Tanah Abang Keluhkan Pendapatan Turun
Pedagang Tanah Abang Keluhkan Pendapatan Turun
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Fenomena berdagang yang intensif, mulai dari media sosial hingga live e-commerce. Model penjualan ini bisa ditemukan di Shopee, Tokopedia bahkan di jejaring sosial TikTok.

Belum lama ini, video yang diunggah selebriti internet Edjo Zell menjadi viral di media sosial. Video tersebut menunjukkan banyak orang melakukan penjualan di studio, tetapi secara langsung.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bagaimana pengaruh keberadaan model penjualan seperti itu terhadap lapak penjual di pasar offline?

Tim detikcom menelusuri Blok A Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat untuk memahami dampak yang terjadi di lapangan. Seorang pedagang sepatu di lantai tiga, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan fitur berjualan live di media sosial dan e-commerce merugikan harga pasar.

“Mereka mah ngerusak harga, yang di pasar yang bingung. Di sono berapa harganya coba. Ya omzet otomatis turun lah,” katanya kepada detikcom, dikutip Jumat (25/8/2023).

Ia menyebut para pedagang online mendapat bantuan dari platform yang mereka gunakan sehingga berani ‘banting’ harga. Penjual offline, kata dia, tidak bisa begitu saja mengobral harga sebab harus menghitung biaya sewa dan operasional.

Kini omzetnya turun hampir 50% setelah pandemi. Selain karena kondisi pasar yang lesu, ia menganggap aktivitas berjualan online menjadi salah satu penyebabnya. Adapun omzetnya cukup bervariatif, dan mencapai puncaknya di akhir pekan. Sementara di momen Idulfitri ia bisa mengumpulkan Rp 5 juta per hari.

“Wah lumayan, 50% (omzet) bisa lah turun, per bulan, gara-gara itu juga kali. Sekarang kalau akhir pekan aja Rp 1-2 juta lah, jarang bisa Rp 5 juta. Paling kalau segitu pas lebaran aja, selebihnya maksimal Rp 2 juta,” bebernya.

Sementara itu, salah satu pedagang pakaian di lantai 3A pasar tanah Abang mengaku tidak terganggu dengan adanya fitur berjualan live di media sosial dan e-commerce. Menurutnya setiap lapak punya konsumennya tersendiri. Ia juga menyebut tidak semua orang selalu pergi ke Pasar Tanah Abang saat akan membeli barang.

“Nggak sih, nggak terlalu ngaruh juga,” singkatnya.

Namun ia menilai omzet berjualan secara online memang besar. Ia pun menceritakan beberapa temannya yang berhasil membeli rumah hingga mobil berkat berjualan barang secara offline dan online.

“Itu teman saya jualan online sama punya toko di Tanah Abang. Gara-gara online dia bisa kebeli mobil, rumah. Orang online dia kalau nggak ada fisik (toko) lebih cepat lagi. Kan dia nggak nyewa toko, tempat, nggak mikir service listrik. Live aja di rumah. Dia kalau bulan puasa resi jualannya bisa 4.000 per hari jualan underwear. Dari jam 8 sampe jam 10 malam,” jelasnya.

Ía menerangkan biaya sewa di Pasar Tanah Abang bisa mencapai Rp 100 juta per tahun jika lokasinya strategis. Misalnya, dekat dengan eskalator, lift, atau berada di lantai utama.

Senada, Iman menerangkan aktivitas berjualan secara live tidak terlalu mengganggu penjualannya. Ia menyebut masih mengandalkan pedagang yang datang langsung ke Pasar Tanah Abang ketimbang melakukan live.

“Nggak terlalu sih. Susah juga kan kalau mau live, nggak semua orang bisa kalo online. Butuh orang yang bisa juga kalau mau live,” pungkasnya.

Sumber: detik

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *