Kultum 301: Islam Masih Asing di Jepang

Islam Masih Asing di Jepang
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.c0.id – Menurut Nippon.com (sebuah sumber berita online), 17 Juni 2013, sebagian besar umat Muslim Jepang ternyata terlahir di luar negeri. Masih menurut sumber tersebut, hal demikian ternyata juga sebabkan kesalahpahaman tentang Islam. Adalah Shimoyama Shigeru, seorang pria Jepang yang masuk Islam setelah bertemu dengan agama tersebut selama perjalanannya di Sudan, telah mengabdikan hidupnya untuk mengembangkan pemahaman tentang Islam yang lebih baik tentang agama di negara Jepang.

Shimoyama Shigeru adalah pekerja di Tokyo Camii dan Pusat Kebudayaan Turki. Beliau lahir di Okayama tahun 1949. Sebagai sarjana, ia menghabiskan setahun bepergian melalui desa-desa di Sudan dengan kelompok penelitian universitas Waseda Jepang. Setelah kembali ke Jepang ia terlibat dalam pendirian Islamic Center Japan. Telah mengedit dan menerbitkan banyak karya yang menjelaskan Islam kepada pembaca di Jepang.

Islam sendiri adalah agama yang dianut oleh lebih dari seperempat penduduk dunia saat ini. Namun, di Jepang, jumlah mereka diperkirakan kurang dari satu persen dari total penduduk Jepang. Shimoyama Shigeru, yang bekerja di masjid terbesar di Tokyo, adalah seorang yang sebelumnya non-Muslim. Ada banyak cerita tentang mengapa Islam tetap begitu jauh dari budaya arus utama Jepang hingga saat ini.

Setelah perang dunia II, sebagai negara yang mencontoh negara-negara maju Eropa, masyarakat Jepang  juga mewarisi pandangan Eropa yang agak bias tentang Islam. Misalnya, banyak orang di Jepang juga menjadi akrab dengan ungkapan “Al-Qur’an atau pedang”, dan ini telah menghalangi pemahaman yang benar tentang Islam. Apalagi setelah peristiwa September 11, dampak pemberitaan media telah membuat Islam semakin tampak sebagai agama yang menakutkan bagi banyak orang.

Menurut Shimoyama Shigeru, sejak tahun 2010an, ada sekitar lima orang Jepang masuk agama Islam setiap bulan. Ketika masih mahasiswa dan melakukan penelitian menyusuri sungai Nil di Sudan dengan perahu karet, dia tinggal di desa-desa di sepanjang perjalanan. Di mana pun dia berhenti, orang-orang pasti memberinya tempat untuk bermalam, meskipun dirinya hampir tidak berbicara sepatah kata pun dalam bahasa orang setempat.

Orang Afrika yang dia temui adalah Muslim, dan keramahan mereka memberi kesan mendalam pada dirinya. Shimoyama Shigeru ‘terkejut’ setelah tahu bahwa kebaikan mereka berasal dari ajaran Islam. Pengalaman itu adalah titik awal dirinya hari ini. Shimoyama Shigeru mengakui bahwa dirinya tidak pernah memiliki banyak kepercayaan pada Tuhan sampai dirinya menjadi seorang Muslim. Tapi begitu dia mulai bergabung dengan komunitas Muslim dan mulai beribadah bersama Muslim lain dari semua ras, berdampingan sebagai saudara, dia mulai menyadari betapa indahnya keyakinan ini.

Menurut beliau, pemandangan “sarang burung” yang dibangun di dinding luar Tokyo Camii, menggambarkan bahwa semua makhluk hidup adalah bagian dari ciptaan Tuhan. Alasan kita beribadah dalam barisan berdampingan satu sama lain adalah inti dari semangat Islam, yang mengatakan bahwa semua orang percaya sama di hadapan Tuhan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *