Hikmah Malam: Anda Ingin Kaya Selamanya, Bagaimana Caranya?

Anda Ingin Kaya Selamanya
Muslim Kaya
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idKehidupan keluarga dengan dua orang putra memang mengasyikkan. Satu anak laki, satu anak perempuan. Suami ganteng, istri cantik. Putra-putri semuanya good looking, juga pintar. Lulusan universitas luar negeri ternama. Sungguh istimewa

Mereka hidup dengan damai. Perekonomian berada di atas rata-rata. Komunitas sosialnya terdiri dari kelas menengah atas. Bepergian dan berkunjung ke luar negeri mudah. Bisa dua kali setahun.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ia telah memilih tempat khusus untuk perayaan pernikahan putrinya. Tempat yang indah dan mewah. Tamu penonton pun datang dari kelas dan shift masing-masing.

Setiap anak dibekali dengan membangun rumah di sekitar rumah induk. Rumahnya besar sekali, halamannya luas. Di sekitar ibu kota negara bagian. Harganya pasti tergantung lokasi.

Masih ada apartemen dan sejumlah modal yang mengundang keyakinan untuk hidup di atas rata-rata selamanya.

Namun, hidup sulit diduga. Suatu ketika keinginan untuk menanjak, terus menyala. Kepala keluarga terus berusaha untuk melebarkan sayap usaha, termasuk terjun ke dalam dunia politik yang beraroma bahaya.

Di dunia politik yang baru digelutinya, optimisme-nya tinggi. Dia terus berupaya maju sebagai calon legislatif pusat. Sampai juga pada pengerahan seluruh dana yang dipunya.

Tiba masanya pemilihan umum usai. Dan ternyata dia gagal terpilih sebagai anggota legislatif pusat. Betapa pilunya.

Dana bermilyar lepas begitu rupa. Hutang dalam jumlah menjulang harus segera dilunasi. Kebutuhan sehari-hari menuntutnya tetap berada di kelas yang di atas rata-rata. Sumber penghasilan yang dulunya pernah menjadi penyandang utama. Sudah lama ditinggalkannya. Beberapa usaha yang dibangun dan dibina bersama beberapa orang kolega, berlanjut kepada penggelapan dana. Seluruh koleganya kabur entah ke mana. Hidup pun jadi merana.

Sumbangan dari putra-putrinya sudah mencapai angka maksimal. Dalam upaya menutup kebutuhan sehari-hari. Untuk menutup bunga hutang yang tak tahu pasti entah kapan selesainya. Jangankan pokoknya, bunganya saja belum mampu dibayarkan setiap bulannya.

Upaya berhutang lagi demi menyambung hidup sudah sering dilakukan. Kadang berhasil kadang tidak. Bagaimana bisa berhasil, hutang yang dulunya belum dibayar sudah berhutang lagi. Hutang bertumpuk, pelunasan belum ada. Jadilah hidup semakin sengsara.

Itu kejadian fakta. Beberapa fakta yang serupa dengan itu boleh jadi merupakan pilihan bukti bahwa hidup bagai roda pedati. Kaya-miskin, senang-susah silih berganti.

Haruskah semua orang menerima keyakinan itu. Hidup bagai roda pedati? Sebentar, tunggu dulu!

Ada sepasang suami istri, hidup dalam kemiskinan selama bertahun-tahun di zaman Nabi Musa AS. Suatu hari, dalam keadaan tenang, sang istri berkata kepada suaminya, “Bang, bukankah Musa itu Nabi Allah dan bisa berbicara dengan-Nya?” “Benar,” ujar sang suami.

“Kenapa kita tidak coba pergi kepadanya, bercerita tentang kondisi kita? Kita minta dia berbicara kepada Tuhannya agar kita diberi kekayaan, agar kita bisa hidup senang dan berkecukupan.”

Besoknya, mereka mendatangi Nabi Musa, menyampaikan maksudnya. Lalu, Nabi Musa bermunajat menghadap Allah, memohonkan keinginan suami istri itu. Allah Maha Mendengar, Maha Melihat, tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Nya, di langit mau pun di bumi. Allah berfirman: “Wahai Musa, sampaikan kepada mereka bahwa Aku telah mengabulkan permintaan mereka. Aku akan memberi mereka kekayaan, tapi hanya satu tahun. Setelah itu, Aku akan kembalikan mereka menjadi orang miskin.”

Sontak, ketika mendengar kabar dari Nabi Musa, pasangan suami istri ini gembira luar biasa. Tepat beberapa hari berselang, rezeki melimpah dari arah yang tidak mereka duga. Menjadikan mereka kaya raya. Mereka hidup senang dan bahagia. Sang istri berujar kepada sang suami, “Bang, ingat loh ya, kita diberi kekayaan hanya satu tahun. Setelah itu kita akan miskin lagi.” “Benar,” jawab sang suami. “Kalau begitu, kita gunakan saja kekayaan ini untuk membantu banyak orang. Paling tidak dalam setahun ini, kita akan siapkan makan orang-orang fakir dan menyantuni anak yatim.” Sang suami setuju.

Lalu mereka membangun rumah singgah untuk membantu para musafir. Rumah itu dibangun dengan tujuh pintu, masing-masing pintu menghadap ke jalan yang berjumlah tujuh persimpangan. Keluarga ini pun mulai menyambut setiap musafir yang datang dan memberi mereka makan dan tempat singgah gratis, siang malam. Mereka terus sibuk melayani orang yang membutuhkan selama berbulan-bulan. Setahun berlalu sepasang suami istri ini tetap sibuk membantu para musafir dan memuliakan tamu yang berdatangan. Kehidupan mereka pun tetap kaya. Mereka lupa dengan tenggat waktu yang ditetapkan Allah tersebut.

Melihat itu, Nabi Musa pun heran, lalu bertanya kepada Allah seraya berkata: “Wahai Rabb, Engkau telah menetapkan syarat kepada mereka hanya satu tahun. Sekarang, sudah satu tahun lebih, tetapi mereka tetap hidup kaya?” Allah berfirman: “Wahai Musa, Aku membuka satu pintu di antara pintu-pintu rezeki kepada keluarga tersebut, lalu mereka membuka tujuh pintu untuk membantu hamba-hamba-Ku. Wahai Musa! Aku merasa malu kepada mereka. Wahai Musa! Apakah mungkin hamba-Ku lebih dermawan dari-Ku?” Nabi Musa menjawab: “Maha Suci Engkau Ya Allah, Maha Mulia urusan-Mu dan Maha Tinggi kedudukan-Mu”

Kisah ini pernah penulis munculkan dalam “Shalawat untuk Kaya, Kok Bisa?”

Pasangan di atas membatalkan keyakinan kebanyakan orang tentang hidup bagai roda pedati. Saat tibanya deadline kejatuhan menjadi miskin, ditepisnya dengan terus memberi dan terus melakukan pertolongan tanpa inginkan balasan. Tanpa perhitungan untung rugi. Ikhlash karena menikmati kesempatan harta berlimpah dari Tuhan.

Tuhan ‘malu’ terhadap perilaku demikian. Ia menumpahkan rahmatNya yang tak berkesudahan. Bekal keyakinan hidup bagai roda pedati yang umumnya diyakini kebanyakan orang, terpatahkan secara sempurna.

Semoga setiap kita bisa melakukan. Apa yang terbaik menurut Tuhan. Antara lain terus memberikan pertolongan, terutama memberikan harta kepada siapa pun yang membutuhkan. Ikhlash hanya demi Tuhan.

Alhamdulillah hidup pun kaya raya selamanya. InsyaAllah senantiasa dalam ridlo Tuhan, aamiin!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *