Kultum 490: Bukankah Kita Ingin Hidup Mudah?

Bukankah Kita Ingin Hidup Mudah?
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Tetapi, yang kita lupa adalah bahwa hidup ini adalah “Perjalanan Sementara”. Dan di bagian lain dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wata’ala berfirman yang mungkin sebagai penjelas atau kelanjutan ayat-ayat itu. Allah berfirman,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍۗ

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Artinya:

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah (QS. Al-Balad, ayat 4). Dalam beberapa terjemah, ayat ini juga diterjemahkan dengan “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam [kehidupan] kesakitan, kerja keras dan cobaan”.

Jadi seperti yang kita lihat, kehidupan dunia ini tidak pernah dimaksudkan sebagai tempat atau keberadaan bagi kemudahan dan kenyamanan yang tiada henti. Sebaliknya, Allah Subhanhau wata’ala selalu menginginkannya sebagai tempat dan periode sementara yang akan dibumbui dengan kesulitan dengan fase kemudahan sementara yang terjadi di bagian antaranya atau celah-celahnya.

Namun, prinsip dasarnya adalah bahwa setiap kesulitan yang datang kepada kita memiliki kemudahan yang sudah melekat padanya. Artinya adalah bahwa bahkan jika kesulitan menjadi tak tertahankan dan sangat sulit, ada bentuk kemudahan yang halus dan kadang-kadang tidak terlihat yang dibawanya. Namun, tidak semua manusia mampu mendeteksi bentuk-bentuk kemudahan ini. Itu hanya mungkin bagi mereka yang arif, rendah hati, bersyukur, dan dekat dengan Allah Subhanahu wata’ala.

Banyak orang bijak dapat melihat bahwa daya tahan rasa sakit dan kesulitan membawa banyak keuntungan dan manfaat, seperti misalnya aktualisasi diri. Menanggung masa-masa sulit dengan kesabaran, akan menuai banyak imbalan. Meskipun demikian, kita benar bahwa sebagian besar umat manusia menginginkan kemudahan sebanyak mungkin dalam hidup mereka.

Kebanyakan manusia merasa takut dan menghindari kesulitan. Mereka biasanya memilih opsi yang lebih mudah dalam hal apa pun, jika tersedia. Mereka menginginkan kenyamanan, kemewahan, dan kemudahan di dunia ini, bahkan jika mungkin kami harus menanggung banyak kerja keras, rasa sakit, dan kerja keras untuk memperoleh serta mempertahankannya.

Contoh paling jelas dari ini adalah kecintaan kita pada rumah yang besar dan mewah. Kebanyakan orang, ketika mereka dewasa, mengejar simbol materi “kemudahan” dan kemewahan ini. Kita berasumsi bahwa memiliki setiap berkat yang tersedia dengan “satu sentuhan tangan” akan membuat kita bahagia. Namun, adalah juga fakta bahwa kebanyakan “orang kaya juga hidup dalam tekanan”.

Jadi, apakah yang kita anggap “kemudahan”, benar- benar “kemudahan” bagi kita? kita perlu merenungkan lebih jauh. Tapi yang jelas, apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wata’ala, “setiap ada kesulitan, ada kemudahan”. Janji yang menggunakan kata ‘sesunggunya’ itu pun diulang, juga dengan kata ‘sesungguhnya’. Lantas, masihkan kita ragu akan janji Allah Subhanahu wata’ala? Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan menambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                             —ooOoo—

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *