Dalam sebuah pengajian Gus Baha mengingatkan pentingnya sanad (transimisi keilmuan) dalam memahami ilmu agama.
Secara bahasa sanad (السند) berarti sandaran. Adapun secara istilah adalah :سِلْسِلَةُ الرجَالِ الْموصلة لِلْمَتن
Rangkaian para periwayat hadits yang menghubungkan sampai kepada redaksi hadits.
Atau bisa juga didefinisikan :
رَوَاةُ الْحَدِيْث الِّذِيْنَ نَقَلُوْهُ إِلَيْنَا
Para periwayat hadits yang menukilkan (menyampaikan) hadits kepada kita.
Dengan kata lain sanad adalah orang-orang yang meriwayatkan hadits dari tingkatan sahabat hingga hadits itu sampai kepada kita.
“Andaikan tidak ada sanad (transmisi keilmuan) maka orang akan berpikir agama sesuai maunya dan itu bahaya sekali,” tegas K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim.
“Karena agama Islam ini riwayat mau tidak mau ngaji itu harus lewat ulama jangan lewat terjemah, karena teks tidak mewakili ahwal,” papar Kiai muda kelahiran Sarang Rembang, Jawa Tengah 15 Maret 1970 ini.
Menurut santri kesayangan KH maomoen Zubair tersebut, Imam Ghozali yang mempunyai kitab Ihya fatwanya seperti itu (masih menyebut sanad,red).
“Lho kok sekarang ada orang yang membaca Ihya hanya lewat terjemah lalu berkoar mewakili Imam Ghozali, atau orang membaca Al Qur’an hanya lewat terjemah lalu membuka majelis tafsir, ini celaka,” lanjut putr KH. Nur Salim ini.
Menurut Gus Baha, berdasarkan hadits – hadits berikut ini sangat jelas Rasulullah mengingatkan jika belajar ilmu agama harus melalui seorang guru, dan tidak bisa secara otodidak.
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : Wahai manusia, belajarlah ilmu. Karena sesungguhnya ilmu hanya diperoleh dengan belajar dan pengetahuan agama hanya diperoleh dengan belajar melalui guru. (Hadits hasan).
Dalam hadits lain dari Ibnu Abbas Rasulullah SAW bersabda:
من قال في القرآن برأيه فليتبوأ مقعده من النار
Aritnya : Barangsiapa yang berpendapat mengenai al-Quran dengan pendapatnya, maka bersiaplah menempati tempatnya di neraka. (HR Tirmidzi).
Gus Baha Menjalaskan , Jika dahulu para orientalis juga gemar mengutip ayat Al Qur’an dan hadits semaunya karena mereka tidak mempunyai guru.
Sumber: tribun