Renungan Malam: Waspada terhadap Bahaya Ujub

Sifat Ujub. (Foto: pikdo.online)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Sifat Sombong sangat dibenci oleh Allah SWT dan Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Selain Sombong, Allah SWT juga membenci sifat Ujub. Sifat sombong berbeda dengan ujub. Jika sombong mempunyai tiga unsur: Orang sombong, yang disombongkan dan orang yang menjadi target kesombongan.

Maka, sifat ujub hanya mengandung dua unsur, yakni Orang yang bangga diri dan sesuatu yang dibanggakan. Ujub adalah mengagungkan dan menerima nikmat dengan melupakan keterkaitannya kepada sang pemberi nikmat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kendati demikian, ujub adalah tingkatan pertama dari tangga menuju sombong. Untuk itu, sebaiknya kita berlindung kepada Allah SWT dari kedua sifat tercela tersebut.

Macam-macam Ujub :

  • Ujub Karena Kekuatan, Harta dan Kekayaannya

Karena merasa dirinya paling kuat dibandingkan saudara atau teman-temannya, kala melakukan perjalan atau mengangkat sesuatu barang. Merasa paling kaya dan banyak harta dibanding rekannya, dan dia merasa harta kekayaan tersebut diperoleh dari kepintaran, kecerdasar, kecerdikan atau ilmu yang dimilikinya. Padahal, semua kemampuan tersebut berasal dari Allah SWT.

Hendaknya orang ini merenungkan firman Allah SWT;

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS Fathir: 15).

  • Ujub Karena Kesehatan, kesempurnaan anggota tubuh dan ketampanan atau kemolekan tubuh

Dia bersikap ujub karena merasa dirinya paling sehat dan bisa menjaga kesehatannya, di kala teman kantor atau teman komunitasnya ada yang sakit. Padahal, hanya Allah SWT yang memberikan kesehatan kepada hamba-Nya, dan juga memberikan sakit. Dia ujub saat posting di media sosial dan menganggap parasnya paling cantik atau paling tampan. Tubuhnya paling bagus atau molek dibandingkan teman-temannya. Kemolekannya itu dipertontonkan supaya mendapat pujian dari orang lain.

  • Ujub Karena Akal, Kecerdasan dalam menyelesaikan permasalahan agama dan dunia.

Buah dari ujub ini adalah kediktatoran dengan pendapatnya. Dia merasa menang sendiri dan tidak mau tahu orang lain, serta tidak mau mendengar pendapatnya. Hendaknya orang yang berakal berfikir, seandainya Allah SWT mengujinya dengan sakit pada otaknya. Tentu akalnya akan kacau, instingnya akan berantakan dan pikirannya akan sirna. Hendaknya ia memuji Allah SWT atas kesehatan dan mensyukuri-Nya atas kenikmatan tersebut.

  • Ujub Karena Keturunan

Ada pula manusia yang ujub karena silsilah keturunannya. Dia mengira bahwa ia pasti selamat. Bukankah ia anak dari si Fulan, anak dari Hasan atau Husein? Hendaknya orang lalai ini tahu, bahwa orang yang terlambat beramal, nasabnya tidak akan bisa menolongnya. Dan sesungguhnya Rasulullah SAW menyeru orang yang paling dekat kepada beliau;
“Wahai Fatimah, beramal-lah, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun di sisi Allah.” (HR Bukhari)

  • Ujub Karena punya anak banyak, punya keluarga dan sanak famili

Ada pula anusia yang bersikap ujub karena anak yang banyak, keluarga dan sanak familinya. Orang seperti ini, cukup merenungkan kembali firman Allah SWT;
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyal urusan yang cukup menyibukkannya. ” (QS Abasa: 34-37).

  • Ujub Karena Pakaian

Serta sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya ada seorang lelaki dari kaum sebelum kalian yang memakai pakaian, lalu ia bangga karenanya, maka Allah menenggelamkan ia ke dalam tanah. Dan ia akan terus tenggelam di dalamnya sampai hari kiamat.” (HR Bukhari)

  • Ujub Karena Ibadah

Di antara manusia ada yang ujub karena ibadahnya. Orang ini ditipu kebodohannya, karena tidak tahu apakah ibadahnya diterima atau tidak? Masruq berkata, “Cukuplah seseorang dikatakan berilmu, kalau ia takut kepada Allah SWT Cukuplah seseorang dikatakan bodoh, kalau merasa bangga dengan amalnya.” (HR Darimi)

Dari Umar bin Khattab ia berkata, “Kebenaran taubatmu dapat terbukti, kalau kamu mengetahui dosamu. Kebenaran amalmu dapat terbukti dengan tidak membanggakan diri, dan kebenaran syukurmu dapat terbukti dengan mengetahui kelalaianmu.”

Mathraf bin Abdullah berkata, “Saya bermalam dalam keadaan (tidak Qiyamul Lail) dan pagi harinya saya menyesal, lebih baik bagi saya daripada bermalam dengan Qiyamul Lail, tetapi pagi harinya saya membanggakan diri (dengan Qiyamul Lail).”

Dari Aisyah bahwa seseorang bertanya kepadanya, “Kapan saya mengetahui kalau saya seorang yang baik?” Aisyah menjawab, “Jika kamu beranggapan bahwa kamu seorang yang jahat.” Orang ini bertanya lagi, “Kapan saya mengetahui kalau saya seorang yang jahat?” Aisyah menjawab, “Jika kamu beranggapan bahwa kamu seorang yang baik.”

Bukhari berkata, Ibnu Abi Malikah berkata, “Saya telah berjumpa dengan tiga puluh orang sahabat Rasulullah SAW Mereka semua sangat takut dan khawatir kalau sifat munafik ada dalam diri mereka.” (HR Bukhari)

Maka, hendaknya orang tersebut tahu bahwa itu akan menjadi santapan cacing tanah. Semua yang ada di permukaan ini akan sirna.

Abul Laits As-Samarqandi memberikan nasehat bagi orang ujub. Dia berkata: “Barangsiapa yang ingin mengikis sifat ujub, ia harus merenungkan empat perkara berikut ini:

  1. Menyadari bahwa taufik datangnya dari Allah SWT.
    Jika seseorang sudah menyadari ini, maka dia akan sibuk memikirkan bagaimana bersyukur kepada-Nya dan tidak akan membanggakan diri.
  2. Merenungkan berbagai anugerah dan nikmat yang telah dikaruniakan Allah SWT.
    Bila seseorang sudah merenungkan anugerah dan nikmat-Nya, maka dia akan sibuk bersyukur kepada-Nya. Dia menganggap bahwa amalnya masih sedikit dan tidak akan bangga diri.
  3. Merasa takut kalau-kalau amalannya tidak diterima.
    Bilamana seseorang sudah sibuk dengan ketakutan seperti ini, dengan sendiri dia tidak akan bangga diri.
  4. Memikirkan kembali dosa-dosa yang telah ia kerjakan sebelumnya.
    Jikalau, seseorang takut kalau keburukannya akan mengikis kejahatannya, maka dia tidak akan membanggakan diri.

Wallahu a’lam bi al-shawab.

(berbagai sumber/islampos.com)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *