Rupiah Terus Melemah, Investor Beralih ke Aset Rendah Risiko

Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS. (Foto: CNBC)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi (28/2/2020), terus melemah seiring beralihnya investor ke aset investasi berisiko rendah atau safe haven karena khawatir dampak wabah virus corona (Covid-19).

Pada pukul 10.02 WIB, rupiah bergerak melemah 65 poin atau 0,46 persen menjadi Rp 14.090 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.025 per dolar AS.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Sentimen kelihatannya masih belum membaik. Tekanan terhadap aset berisiko karena peningkatan penyebaran wabah Virus Corona di luar China, masih besar,” ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat (28/2/2020), seperti dilansir dari Antara.

Tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga terus merosot, bahkan sempat menyentuh 1,235 persen yang merupakan level terendah sepanjang masa. “Ini mengindikasikan banyak yang membeli obligasi tersebut untuk mengamankan nilai aset,” ujar Ariston.

Ariston memprediksi rupiah hari ini masih berpotensi tertekan di kisaran Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.100 per dolar AS. “Rupiah berpotensi melemah karena belum ada sentimen baru,” katanya.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi juga memprediksi rupiah hari ini masih berpotensi tertekan di kisaran Rp 13.960 per dolar AS hingga Rp 14.060 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp 14.234 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.018 per dolar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah juga terus mengalami tekanan melawan dolar AS pada perdagangan Kamis (27/2/2020) hingga menyentuh kembali level Rp 14.000 per dolar AS pada pukul 14:30 WIB atau melemah 0,54% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 18 Desember 2019.

Sebelum menyentuh level Rp 14.000 per dolar AS pada Kamis, rupiah sudah melemah dalam tujuh hari terakhir dengan total 2,01%. Dengan pelemahan hari ini total rupiah melemah 2,55% di pasar spot.

Secara year-to-date atau sejak awal tahun, rupiah kini melemah 0,86%, menjadi sebuah ironi mengingat di bulan Januari lalu rupiah menjadi mata uang terbaik di dunia dengan penguatan lebih dari 2% melawan dolar AS.

Tanda-tanda rupiah akan menyentuh level RP 14.000 per dolar AS (bahkan mungkin dilewati) sudah terlihat sejak Kamis pagi dari kurs Non-Deliverable Forward (NDF), untuk 1 pekan ke depan rupiah sudah dihargai Rp 14.099,5 per dolar AS pada pukul 14:44 WIB. Sementara untuk 6 bulan ke depan dibanderol Rp 14.477 per dolar AS.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Semakin tinggi kurs NDF, maka tekanan bagi rupiah semakin kuat.

Aksi jual yang melanda pasar keuangan dalam negeri membuat rupiah keok. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,63% di perdagangan sesi I. Sementara dari pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 9,2 basis poin (bps) menjadi 6,674%.

Untuk diketahui pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga SUN, kala yield naik itu artinya harga sedang turun. Sehingga kenaikan yield mengindikasikan aksi jual di pasar obligasi.

Aksi jual di pasar dalam negeri sudah berlangsung sejak awal pekan ini akibat melonjaknya penyebaran wabah virus corona di luar China yang berisiko membuat pertumbuhan ekonomi global melambat, termasuk perekonomian Indonesia. (rah/ berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *