Pemerintah Kelabakan, Corona Pertegas Ketergantungan terhadap China

Aviliani. (Foto: Bisnis)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencermati pandemi virus Corona alias Covid-19 semakin mempertegas ketergantungan Indonesia terhadap China. Ekonom senior Indef Aviliani menyebut ketergantungan tersebut terjadi untuk rantai pasokan atau supply chain.

Aviliani menekankan bahwa ketika China punya masalah maka sangat berpengaruh ke Indonesia. Pertama dari pariwisata, lalu merambah ke manufaktur. “Pada saat ekonomi China lesu dan produksi menurun, Indonesia kelabakan untuk mencari rantai pasokan dari negara-negara lain,” kata Aviliani di Jakarta, Sabtu (25/4/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dari kondisi tersebut, Aviliani menilai Indonesia selama ini belum membuka diri terhadap negara-negara di luar China. Seharusnya, tegas dia, setelah pandemi Corona berakhir, Indonesia mesti menjalin peluang dengan negara-negara lain di luar China.

Aviliani menegaskan, Indonesia ke depannya mesti menjadi bagian dari rantai pasokan, bukan lagi negara yang tergantung pada impor. “Maka policy-nya dari pemerintah juga harus mulai diubah. Jadi ke depan, kita fokusnya value chain,” jelas dia.

Ekonom Indef lainnya, Ahmad Heri Firdaus, sebelumnya juga mengatakan bahwa produk Indonesia masih sangat bergantung pada bahan baku impor dari China. Contohnya, untuk impor komponen ponsel, China memberikan 62 persen, Hongkong 22 persen, dan Taiwan 8,9 persen.

“Dalam kondisi ini, seharusnya Indonesia melakukan diplomasi bilateral dengan Hong Kong dan Taiwan untuk negoisasi apakah kedua negara tersebut mampu menggantikan peran China dalam men-support komponen HP dan sebagainya,” kata Ahmad beberapa waktu lalu.

Sementara itu pengamat Indef lainnya Eisha Maghfiruha menyampaikan bahwa stimulus fiskal diperlukan bagi masyarakat dan pelaku bisnis yang terkena pembatasan aktivitas ekonomi akibat pandemi Corona.

“Untuk mereka yang terdampak Covid-19, kebijakan stimulus fiskal diperlukan terutama bagi individu dan rumah tangga karena mereka mengalami pembatasan aktivitas ekonomi, bisnis tidak bisa berjalan, pendapatan berkurang dan juga ada yang kena pemutusan hubungan kerja,” ujarnya  di Jakarta, Sabtu (25/4/2020).

Menurut dia, di Indonesia banyak sekali pekerja yang mencari nafkah pada sektor informal. Selain itu sektor-sektor usaha kecil juga banyak mencakup lapangan pekerjaan di Indonesia. “Jadi pemberian bantuan kepada individu, rumah tangga dan semua sektor bisnis diperlukan,” kata Eisha. (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *