Adaptasi Kehidupan Baru, Waspadai Beyond Covid-19

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



#Bersiap Menghadapi Re-Emerging dan Beban Ganda

#Healthy Public Policy berbasis Promotif dan Preventif

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Penulis : Dr.Abidinsyah Siregar *)

Pandemik Coronavirus (Covid-19) semakin marak, namun dilapangan kewaspadaan masyarakat tampak menurun, dan kinerja Fasilitas Kesehatan Masyarakat mulai kewalahan.

Dibanyak lokasi masyarakat tanpa sungkan kumpul-kumpul dalam kerumunan dan sebahagian besar mereka tanpa masker.

Protokol Kesehatan tidak dilaksanakan sepenuhnya.

Banyak peraturan telah diterbitkan Kementerian Kesehatan, namun disayangkan kurang diperhatikan dan dipedomani sehingga disana sini termasuk Perkantoran pun terjadi ledakan penularan kasus Covid-19 hingga sebahagian menutup pelayanan.

Beyond Covid-19 perlu segera ditemukan, untuk mengendalikan situasi lebih tepat dan ikutannya dapat diantisipasi lebih cepat.

Melalui SURVEILANS EPIDEMIOLOGI dengan aktifitas pengamatan dan analisis terhadap masalah kesehatan secara sistematis dan terus menerus akan ditemukan sejumlah informasi penting tentang kejadian, sebab dan penyebab penyakit, perilaku infeksi/wabah, pola penyebaran, tren baik dan memburuk, pengaruhnya terhadap kesehatan secara luas dan dampaknya pada aspek non kesehatan.

Melalui surveilans epidemiologi yang konsisten dan melibatkan ahli, maka akan ditemukan lebih cepat dan tepat upaya penanggulangan sekaligus antisipasi terhadap kecendrungan apapun yang mungkin
memperburuk situasi.

PANDEMI GLOBAL

Kasus pandemic Covid-19 global telah menjangkau sekitar 90 % wilayah bumi, menginfeksi manusia pada 215 Negara.

Saat WHO menyatakan Infeksi virus Covid-19 sebagai PANDEMI GLOBAL pada 12 Maret 2020, ketika itu jumlah kasus 118.000 dengan hampir 5.000 kematian pada 114 Negara.

Dalam 160 hari jumlah orang terinfeksi positif Covid-19 sudah jauh melampaui 22.000.000 dengan kematian hampir 800.000 orang diseluruh dunia.

Kasus konfirmasi di Indonesia kini berjumlah 147.211 orang dengan kematian 6.418 orang dan sembuh 100.674 orang.

Berbeda dengan infeksi Pandemik virus Babi tahun 2009, maka Virus Covid-19 menjadikan manusia sebagai Host sekaligus sebagai Carrier (pemindah virus) kepada sesama manusia disekitarnya.

Yang mengejutkan para ahli didunia, adalah tidak terdeteksinya tanda fisik pada orang yang terinfeksi virus Covid-19.

Kondisi ini membuat sebahagian besar kasus TIDAK WASPADA dan nyaris TIDAK PERCAYA telah terinfeksi.

Belum diketahui apakah kondisi itu berhubungan dengan tingginya persentase kesembuhan kasus yang mencapai 70%, yang dicapai berkat kerja keras dan total para Tenaga kesehatan mengendalikan situasi.

Namun pertambahan kasus ribuan setiap harinya dari berbagai wilayah dan Kota di Indonesia, menunjukkan kasus BELUM TERKENDALI yang artinya belum memasuki era New Normal.

Banyak pihak dalam dan luar negeri mengingatkan ancaman penyebaran virus Covid-19 yang mengarah kepada Gelombang kedua.

Sebagaimana pernah diingatkan pula oleh Presiden Jokowi

BEYOND COVID-19

Beyond Covid-19 berhubungan juga dengan Determinan Kesehatan yang menjadi faktor utama penyebab tingginya fatalitas Covid-19.

Dengan menggali Beyond Covid-19 akan diperoleh sejumlah daftar ancaman dan langkah antisipasi yang paling efektif dalam penanggulangannya.

Ada sejumlah catatan yang perlu menjadi PERHATIAN selama Pandemi Covid-19 :

1.Lebih 3 (tiga) bulan kejadian Pendemik Covid-19, belum ditemukan pola infeksi dan belum ditemukan pula upaya pencegahan paling efektif.

2.Munculnya Kluster baru penyebaran Infeksi virus Covid-19 di Perkantoran.

3.Semakin banyaknya tenaga kesehatan yang wafat dalam pelayanan Covid-19 di Rumah Sakit

4.Tingginya korelasi Penyakit Penyerta (Komorbiditas) sebagai penyebab infeksi dan kematian

5.Tingginya angka kematian pada kelompok usia diatas 46 tahun (77,5%), sementara Tingginya angka terinfeksi kelompok usia 6-45 tahun (61,5%).

6.Menurunnya Permintaan pelayanan Kontrasepsi KB sampai 30%.
I
7.Pelayanan operasional Posyandu menurun 34,4% dan berhenti pelayanan 45,9%. Sedangkan pelayanan Imunisasi menurun hingga 58,3%.

8.Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), hasil kajian sementara menunjukkan berkurang 42,4% dan Tidak ada kunjungan 39,9%

9.Menurunnya pelayanan operasional Puskesmas tentu berpengaruh pada kontinuitas pelayanan kesehatan bagi penderita penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Hipertensi, Diabetes, Penyakit Ginjal, Kanker disamping kontinuitas pengobatan Penyakit menular seperti TBC, DBD, HIV/Aids dll.

ADAPTASI DAN ANTISIPASI YANG HARUS DILAKUKAN

Melihat latar belakang dan akibat kedepan dari setidaknya 9 (sembilan) kondisi diatas, sungguh terbayang sejumlah Agenda Adaptasi dan Antisipatif yang wajib diagendakan dan dilaksanakan dengan kerja keras, cerdas, cermat, cepat dan kompak.

Kedepan bukan saja anggaran kesehatan yang harus tersedia sangat besar.

Strategi dan Antisipasi adaptif sangat dibutuhkan. Selain “menghidupkan kembali semua fungsi operasional fasilitas kesehatan”, tetapi juga mengkonsolidasi kemampuan pelayanan dan jangkauannya.

Seluruh jejaring pelayanan baik milik pemerintah maupun masyarakat harus terhubung untuk melakukan tracing/pelacakan selain kasus Covid-19, juga kasus Penyakit Tidak Menular dan Penyakit Menular yang kronis dan butuh penanganan kesehatan komprehensif.

Sebagaimana diketahui bahwa kasus wafat berhubungan dengan penyakit penyerta Hipertensi (13,2 %), Diabetes (11,7 %), Penyakit Jantung (7,6 %), Penyakit Paru Kronis (3,1 %), Gangguan Nafas/Asma (2,4 %) dan lain-lain termasuk TBC (0,5 %).

Beyond Covid-19 tidak hanya di antisipasi tetapi benar-benar diwaspadai, karena boleh jadi akan terjadi BOOMING stroke, booming penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi (PD3I), booming stunting, kenaikan kematian ibu melahirkan dan kematian bayi, BBLR, booming kelahiran, re-emerging Tuberculosa, peningkatan HIV/Aids, dan banyak lagi.

MENUNDA kebijakan adaptif dan antisipatif, hanya akan semakin memperbesar masalah, melebarkan masalah, mendorong peningkatan beban ganda hingga memperbesar beban anggaran.

Semua potensi Kesehatan, baik suprastruktur maupun Infrastruktur, Pemerintah maupun Non Pemerintah, Public and Private sector, Besar maupun kecil, unsur Pendidikan maupun Pelayanan, Organisasi Profesi maupun Regulator, saatnya semakin KOMPAK dan SINERGISTIK dalam memasuki era Adaptasi yang penuh harapan sekalipun tidak mudah untuk diwujudkan.

Konsolidasi dan kolaborasi yang merupakan keniscayaan era industri 4.0 harus benar-benar diperhatikan oleh Representatif penanggungjawab kesehatan Nasional.

Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan (The Ottawa Charter for Health Promotion) 1985 menegaskan bahwa kesehatan merupakan hak azasi manusia (human right), yang juga dinyatakan pada Pasal 28 huruf h UUD 1945 Amandemen keempat Tahun 2002.

Piagam Ottawa memberi prasyarat untuk menciptakan kesehatan yang holistic sistemik integratif, dimana terpadu kesehatan individu dan populasi, didukung sumberdaya ekonomi yang cukup, pangan sebagai sumber kesehatan dan papan, lingkungan yang stabil, serta penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan.

Revolusi Industri Era 4.0 mengamanatkan pergeseran, “Shifting the focus and looking to focus on individual needs and engage more closely with their consumer”. Meminta perhatian untuk melihat kebutuhan orang perorang dan sekaligus memanusiakan manusia.

Implikasinya, dibutuhkan kebijakan “healthy public policy”, yakni memperbaiki dan meningkatkan kesehatan individu dan kesehatan komunitas, serta distribusi kesehatan yang adil.

Gagasan Bapak Presiden Jokowi membentuk Tim Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Covid-19 yang dipimpin Airlangga Hartarto (Menko Perekonomian) sebagai Ketua, dengan Satgas Covid-19 ditangani Kepala BNPB Doni Monardo dan Satgas Perekomian ditangani Wamen BUMN Budi Gunawan Sadikin adalah merupakan respons tepat untuk mensinergikan 2 (dua) factor utama yang tali temali yaitu Sakit dan Miskin sebagaimana Rekomendasi Jakarta Declaration 1997 yang mengikrarkan “Poverty is The Greatest threat to Health”.

KONTRIBUSI publik dibutuhkan untuk Bangkit, Menang dan Maju.

#Waspadai Beyond Covid-19

Salam Indonesia Maju.

Jakarta, 21 Agustus 2020

*) Dr.Abidinsyah Siregar, DHSM,MBA,MKes :
PF Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi BKKBN/ Mantan Komisioner KPHI/ Mantan Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand/ Mantan Ketua MN Kahmi/ Mantan Ketua PB IDI/ Ketua PP IPHI/ Ketua PP ICMI/ Ketua PP DMI/ Waketum DPP JBMI/ Ketua PP ASKLIN/ Penasehat BRINUS/ Penasehat Klub Gowes KOSEINDO/ Ketua IKAL FK USU/ Ketua PP KMA-PBS/ Ketua Orbinda PP IKAL Lemhannas/ Pengasuh mediasosial : GOLansia.com dan Kanal-kesehatan.com

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *