Prinsip Agama Yang Tersingkir

Prinsip Agama Yang Tersingkir
Ust. Zainal Abidin bin Syamsuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Prinsip Agama Yang Tersingkir

Oleh Ust. Zainal Abidin bin Syamsuddin

Ada prinsip beragama yang salah di kalangan awam bahwa membantah kebatilan dan meluruskan kesalahan agama seseorang mengakibatkan kegaduhan dan dianggap mencemarkan nama baik seseorang.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Mereka tidak bisa membedakan antara kesalahan pribadi yang tidak berimbas kepada keutuhan agama dengan kesalahan yang terkait dengan masalah agama yang berakibat rusaknya syariat Islam.

Kalau membantah dan menjelaskan kesalahan seseorang yang terkait dengan masalah agama dianggap menciptakan kegaduhan dan mencemarkan nama baik seseorang maka para ulama dahulu tidak ada yang saling bantah membantah dan saling menjelaskan penyimpangan ulama lain, namun sebaiknya para ulama dari masa ke masa senantiasa saling bantah membantah dan menjelaskan kesalahan ulama lain.

Contohnya, Ali bin Abu Thalib membantah dan menjelaskan kesalahan fatwa Ibnu Abbas dalam riba fadl dan nikah mutah, Ibnu Masud meluruskan Utsman tentang shalatnya di MINA, Imam Ahmad meluruskan Imam Syafi’i dalam masalah qunut subuh bahkan para ulama meluruskan kesalahan Imam Asuyuti tentang status orang tua Rasulullah masuk surga bahkan Syekh bin Baz membantah Syekh Alwi Maliki dalam masalah perayaan Maulid.

Saya ingin mengajukan pertanyaan kepada antum bagaimana menurut antum bila ada seorang tokoh dibolehkan dan dibebaskan mencemarkan nama baik Islam secara terbuka dengan membuat statemen yang amat membahayakan bagi umat, sementara kenapa giliran meluruskan kesalahan tersebut demi kebaikan umat tidak dibolehkan secara terbuka?

Bukankah menjaga nama baik agama Allah lebih utama daripada nama baik manusia. Apalagi agama itu milik Allah sehingga tidak boleh ada seorangpun yang merasa dirugikan ketika kesalahannya dijelaskan demi menjaga agama Allah agar tetap utuh dan umat terbebas dari kesesatannya. Bahkan dia harus senang karena ada orang yang meluruskan kesalahan agar umat terbebas dari kesesatannya sehingga dia nanti terbebas dari tuntutan di hadapan Allah pada hari kiamat.

Bukankah para ulama dari masa ke masa saling bantah membantah namun mereka yang pendapatnya terbantah tidak merasa dicemarkan nama baiknya, bahkan mereka merasa senang karena orang lain terbebas dari kesesatannya. Demikian itu tanda ketulusan mereka dalam menyampaikan kebenaran.

Berbeda dengan orang yang berdakwah untuk kebesaran dirinya bukan untuk kebesaran agama Allah.

Semoga kita diberi keikhlasan dalam menyampaikan kebenaran.

Sumber : Salam Dakwah

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *