Emmanuel Macron Hina Islam, GP Ansor: Saya Belum Dengar Jokowi Nyatakan Sikap

Ilustrasi bendera GP Anshor. Foto: Screenshot YouTube
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id – Sejumlah negara Arab menuntut Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk meminta maaf atas pernyataannya yang dinilai menghina agama Islam. Sementara Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar kok presidennya belum menyatakan sikap.

Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Luqman Hakim meminta Presiden Joko Widodo untuk segera menyatakan sikap atas pernyataan Emmanuel Macron.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Sebagai Presiden negara muslim terbesar, Pak @jokowi perlu nyatakan sikap terhadap Macron, mewakili umat Islam Indonesia yang tidak terima agamanya dihina,” cuit Luqman dalam akun Twitternya, Senin (26/10/2020).

Jika Presiden Jokowi tak bersikap atas pernyataan Macron tersebut, Luqman mengaku khawatir persepsi publik yang menilai Jokowi butuh umat Islam saat Pilpres semata menjadi terbukti sahih.

Luqman menyatakan Macron kerap menghina Islam selama sebulan belakangan ini. Ia mencontohkan pernyataan Macron yang dianggap menyinggung umat muslim adalah kalimat, “Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia”.

“Sudah banyak negara yang nuntut Macron minta maaf pada umat Islam. Sampai saat ini, saya belum dengar/baca pernyataan Pak @jokowi sebagai Presiden negeri muslim terbesar soal ini,” kata Luqman.

Saat ini terjadi gelombang penolakan terhadap pernyataan Macron itu sudah bergema di kawasan Arab dan Timur Tengah. Bahkan, negara-negara seperti Kuwait dan Qatar telah memboikot produk-produk Prancis di toko-toko.

Bahkan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyindir Macron atas kebijakannya terhadap kelompok muslim di Prancis. Ia mengatakan bahwa Macron perlu mengecek kesehatan mental.

Kontroversi pernyataan Macron itu dimulai sejak awal Oktober. Saat itu Macron menyampaikan pernyataan tentang ancaman kelompok radikal Muslim yang ingin mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekulerisme di Prancis.

Setelah pernyataan itu, meletus tragedi seorang guru sejarah di Prancis bernama Samuel Paty (47), dipenggal di daerah Eragny oleh seorang pemuda pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18) pada 16 Oktober.

Pemicunya diduga Paty sempat membahas tentang kartun Nabi Muhammad SAW, di dalam kelas. Setelah insiden itu, Macron kembali melontarkan pernyataan kontroversi bahwa pelaku adalah seorang radikal Muslim. (mh)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *