Menyambut Kepulangan IB HRS

Menyambut Kepulangan IB HRS
Habib Rizieq
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Menyambut Kepulangan IB HRS

Oleh : Abdurrahman Lubis, Pemerhati Keislaman

(Ciri Kedatangnan  Al Mahdi).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Episode terkini.

Meski sekelompok orang menghina, melaknat,  membakar foto IB HRS, sedikit membuat “jantung jihad” kita, berdegup keras.  Seorang berjaket loreng memaki maki Ustadz HTI dan mengharamkan khilafah.

Santer berita, demo murahan itu gagal,   hina. Sekelompok orang  dandanan  warna merah menginjak-injak foto Habib Rizieq Shihab.
Siapa ?

Kalau suruhan partai,  yakin, “anti Tuhan”, “anti Islam”  !  Jika itu pesanan rezim, yakin hanya “rezim kalap” yang menebar kebencian kepada  ulama, kepada tokoh masyarakat dan kepada sosok  IB HRS.

Alih-alih mereka mendapat simpatik dari rakyat, eh justru ummat Islam yang moralnya terangkat, sebab ada keajaiban  saat berita dan video itu Viral.
Susahnya mereka hancurkan gambar Imam Besar.
Siram lagi bensin, bakar lagi, namun, tak terbakar.
Berkali kali disulut api, tetap saja tak terbakar.

Begitu juga ustadz HTI dimaki, dihina, dituding, tetap sabar dan minta laporkan ke polisi, proses hukum, kalau kami bersalah. Jangan main hakim sendiri.
Hai..apa gerangan ? mulai runtuh, orator   merangkap provokator, hilang percaya diri, gentar dan takut. Suaranya serak, ketakutan.
He…he…

Akhirnya mereka  robek gambar IB HRS, terlihat malu dan hina.
Kejadian luar biasa, semakin memperbobot kewaliannya…
IB-HRS. Membuktikan kharisma keulamaan  pejuang HTI…

Istilah waliyullah  sangat spesial bagi   ummat Islam.  Sangat dalam dan bernilai,  sangat kuat. Waliyullah itu mengakar, sakral, tinggi dan  mendatangkan  bantuan Allah SWT.

Kesetiaan bagi yang mempercayainya, tidak saja pada tataran visi, misi dan program IB-HRS dan HTI dalam mengembalikan umat, termasuk  Indonesia, pada jalan yang benar dan adil, tetap bernilai  iman yang ukhrowi.

Kini, IB HRS dekat kembali ke Jakarta. Di tengah tangungjawab yang masih sangat berat, inilah PR nya.
Kehadiran kolompok massa 212 yang dimenej dengan baik,  dirawat, awasi kebijakan penguasa agar tak sewenang-wenang.  Ketimpangan hukum, naiknya harga (listrik, BBM dan BPJS), revisi UU KPK, banjir tenaga kerja asing/aseng,  impor pangan sangat liberal, maraknya penistaan agama. “Anti khilafah”, sama dengan “anti masa depan”, yang anti khilafah, itu, tak punya “masa depan”.

Hanya menambah “daftar dosa tak berampun” penguasa.

Jika Reuni 212 disoal karena sering muncul di publik, itu,  212 tetap menang. Setidaknya  konsolidasi umat, peran Imam Besar Habib Rizieq Shihab (IB HRS), sang  “motor penggerak” sangat ditunggu dan diperhitungkan.

Konsolidasi, ini,   upaya menjaga spirit umat terutama dalam perannya sebagai penyeimbang (oposisi). Akibat dipaksakan, terlalu kuat intervensi penguasa kepada parpol, pers, kampus dan ormas.
Hadirnya 212, HTI dan  partisipasi umat, lebih dipandang sebagai gerakan moral yang lebih genit.. Saatnya, dijadikan  “sparring partner” penguasa. Bukan dimusuhi.
Apalagi, peran utamanya, sangat   nge-repot-in. Ya,
Mr. President sendiri.

Karena, Ya wayang dan  dalangnya sekaligus. Penonton lah yang “panas dingin” dan kecewa.
Tapi, yang lebih “dongok”(meminjam istilah Rocky Gerung) lagi,  kenapa yang didemo yang tidak bermasalah, seperti selama ini terjadi. Semestinya yang didemo kan yang bermasalah, yang  ahli mapan.

IB HRS itu bukan orang mapan. HTI itu bukan komunitas mapan.
Gak punya apa apa, sebatang kara, di pengasingan,
gak punya kursi, bukan anggota partai,  bukan orang DPR. Jadi apa untungnya mendemo HRS,
apa untungnya membakar gambarnya.

Biasanya, yang didemo kan “yang sedang berkuasa”.
Biar jatuh “gedebuk”, kemudian kelompok yang mendemo menggantikannya.

Lha, sekarang, yang didemo, dikutuk, dimaki, dilaknat, dibakar gambarnya, terus mau diapain.Ia bukan pejabat yang harus dilengserkan,  bukan pegawai yang bisa dipecat,  bukan  anggota DPR yang bisa direcall, bukan pengusaha yang bisa dicabut izinnya,  bukan ketua partai  yang takut digembosi, bukan penjilat yang haus jabatan,  lalu yang demo dapat apa. Secara finansial, secara kedudukan.

Kalau mau digeser, digusur, untungnya untuk yang menggeser dan menggusur , apa ?
Andaikata yang jadi sponsor adalah penguasa, apakah mereka bisa menggantikan status HRS, mereka ingin jadi habib atau mau jadi zurriyat Nabi SAW. ? Kalau begitu apa motivasinya ? HTI, itu, kan baru nenyuarakan khilafah, supaya umat lebih siap mengemban tugas masa depan yang lebih pasti, di tengah serba ketidak pastisn.

Kalau tak ada yang diambil, berarti mereka kelompok  orang kurang waras, dong ?
Kerja gak punya tujuan, kerja gak punya untung. Pahala, boro boro….
Jadi, itu kerja “hang”(ngambang).

Tanpa studi kelayakan, tanpa  studi banding. Dibilang hobby juga, gak… Dibilang kebablasan, bukan…. Karena mereka berencana berkumpul, dalam komunitas tertentu.
Kalau ada yang berasumsi, mereka pasti jadi alat penguasa. Lha, malah aneh.  Sekiranya, gambar itu terbakar, apa “value added”-nya untuk penguasa.

Kalau gambarnya hangus, apakah statusnya sebagai IB HRS berubah, apakah nasabnya sebagai cucu ke 38 dari Rasulullah SAW hangus ? Kalau orang mulia yang memperjuangkan khilafah dihina, apakah otomatis terhina ?  Bukankah  “yang menghina”, itu, “yang hina” ?  Dituding IB HRS sebagai sampah, apakah otomatis menjadi sampah ?
Seandainya ada pihak yang menggunakannya untuk kepentingan tertentu. Ujung ujungnya bikin klaim “anti khilafah”…Nah. lho,  ketahuan juga belangnya..

Strategis :

Yang nampak belum digarap secara sistematis. Basis massa 212 yang disatukan dalam spirit Islam  selama ini belum “leading”. Belum rapi, belum kemas.
Dalam mengelola issu, menggunakan  momentum dan  strategi.  Figur itu  masih pada sosok
IB HRS.

IB HRS, gerakan 212  shering  dan saling ambil manfaat.
Jika SDM  mampu kelola issu baik dan cerdas, gerakan,
ini, dapat jadi “gelombang kekuatan” yang dahsyat.
Ia akan menerpa dan menghanyutkan “sampah” politicking.

Salah sendiri, penguasa,  kenapa, terlalu kuat dan dominan di
segala lini.  PadahaI, itu semu.  Yang melahirkan manusia penjilat, kesetiaan semu.

Instrumen oposisi seperti IB HRS, komunitas HTI,  diperlemah. Media lemah, kampus lemah,  Parpol dan ormas besar terlanjur jadi “agen kemapanan”.
Politik, ormas, LSM, pers, dunia kampus  kehilangan peran dan tanggung jawab sebagai mitra.
Jadi IB HRS tak punya apa apa. Tak duduk di kursi apapun, di manapun. Kenapa IB HRS yang diincer demo, kenapa HTI yang dimaki maki, bukankah sudah dibubarkan ? Sudah bubar kok ditakuti?  Semestinya, yg didemo kan orang orang yang sedang duduk di atas kursi, yang didemo dan dibakar gambarnya.

Setetes air mata:
(dipetik dari buku The Last Train, oleh Ustadz Abdurrahman Lubis).

Mohon maaf Bib, aku hanya dapat memberi setetes air mata untukmu. Atas rasa simpatiku terhadap mujahadahmu dalam menegakkan kebenaran. Begitu banyaknya sisi maksiat, khomar, judi, pelacuran, korupsi, bahkan sangat asas yakni penyeleweng UUD 45/Pancasila.

Semua itu telah Habib “garap” semaksimal mungkin. Sehingga banyak yang melawan dan “kebakaran jenggot” (meski mereka tanpa jenggot).

Ada satu lagi langkah Habib yang perlu disempurnakan, yaitu ikhlas. Ingat Palestin.

Bib, perjuangan melawan Israel oleh al Fatah dan Hamas sudah maksimal, tapi tetap kalah. Banyak yang bilang karena masih bawa bendera Hamas dan al Fatah. Coba bawa nama Islam saja.

وَقَالَ انني مِنَ الْمُسْلِمِينَ.

Dan mengatakan, “Sesungguhnya aku orang Islam biasa.”

Buktinya ketika Habib menyeru semua umat Islam pada aksi 212, dan tidak menonjolkan FPI, demikian juga HMI dll., bahkan yang datang sampai 7,2 juta orang dari seluruh Indonesia. Bahkan dukungan dari dunia Islam begitu besarnya. Saya yakin itu adalah bantuan ghaibiyah Allah Swt yang tak dapat dinilai dengan uang dan kekayaan apa pun. Meski Habib dikriminalisasi oleh penguasa.

Digembosi, difitnah dan sebagainya. Jangan takut jangan gentar Bib, Allah bersamamu dan umat di belakangmu.
Yang penting itu tadi, keikhlasan membawa nama (hanya) Islam. Kalau kita berjuang dengan embel-embel nama sandingan setelah Islam, itu akan menjadi “image building”, pencitraan,  bahwa perjuangan tidak murni lagi atas nama Islam.

مَا جَعَلَ اللهَ لرجل مِنْ قَلْبَيْنٍ فِي جَوْفِهِ.

“Allah tidak menjadikan dua hati dalam satu rongga dada.” (QS al Al Ahzab, ayat 4).

Saya merasakan  “kekuatan” Habib ada pada tingkat mujahadah (bersusah payah)-nya. Dan itu akan lebih kuat  ketika kita memahami keinginan Allah: “Sungguh perjuangan hanya untuk Islam.”
Sedang batinnya berhajat pada ikhlas dan istiqamah.
Allahu a’lam…
Marhaba….
Ya habibanaa….

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *