Syuhada FPI : Kenapa Harus Dibunuh..!?

Syuhada FPI : Kenapa Harus Dibunuh..!?
Jenazah laskar FPI
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



(Kematian Yang Dicemburui)

Oleh : Abdurrahman Lubis, Pemerhati Keislaman

Hajinews – Wanita melahirkan meninggal dunia,  syahidah.
Terkena penyakit Ayan, syahid.
Membela Islam,  syahid.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Mempertahankan hak, syahid. Membela sesuatu yang berkaitan dengan Allah dan Rasul-Nya,
syahid. Syaratnya,  mereka mati dalam keadaan Islam dan iman yang diterima Allah (tidak munafiq).
Itulah kematian yang ditunggu-tunggu dan dicemburui.

Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman, mengatakan,  sempat menerima rekaman suara atau voice note dari salah satu laskar pengawal HRS
yang ditembak mati,

voice note, itu, bernada “kesakitan karena siksaan”, dikirim ke salah satu pengawal HRS lainnya.
Kalau versi polisi mengatakan, “mereka diserang dan untuk menyelamatkan diri merera terpaksa menembak dan 6 orang meninggal dunia”.

Kenapa harus ditembak.. !?
Kenapa harus dibunuh..!?
Kenapa harus dihabisi.. !? semestinya kan ada peringatan,  tembakan ke atas, atau “duel seimbang”. Sehingga mereka tahu itu polisi, bukan perampok atau penjahat di jalan tol.  Mereka segan dan pasti akan tunduk ikut petugas. Tapi kalau gayanya kayak rampok ya pasti mereka ingin menyelamatkan diri.

Apa lagi kalau sudah ketahuan sejak dini memang membuntuti, tentu itu lain lagi, karena dapat dipastikan sudah ada perencanaan yang mendalam, sejak awal. Bahkan, timbul spekulasi di masyarakat, Jangan-jangan perencanaan itu, bukan untuk yang 6 orang pengawal, tetapi untuk menghabisi HRS sendiri….?
Kalau tidak disebut “makar”.

Di mana letak profesional polisi ? Kalau belum apa-apa sudah main tembak ? Apa lagi yang ditembak belum tentu berdosa nenurut UU bahkan rakyat sendiri yang bayar pajak, sebagai alat menggaji untuk makan polisi !? Pertandingan sudah tak seimbang tapi masih main tembak.  Kok, belum apa-apa sudah “jedar jedor”…  Ini, yang bikin penonton kecewa,  karena polisi seperti anak kecil main perang-perang-an.  Karena takut kalah,  menghabisi lawan mainnya dari belakang, main curang.

Padahal posisi mereka kan sama saja di mata hukum,  polisi, sebagai pengawal rezim, menguntit anggota FPI sebagai pengawal HRS.

Masing-masing ingin menyelamatkan tuannya. Di sini polisi kelihatan tidak rasional tapi emosional alias tidak profesional,  dan punya nafsu membunuh yang sudah memuncak di ubun-ubun. Bukan polisi negara, tapi polisinya yang berkuasa. Atau polisinya yang membayar. Atau,  para pengkhianat di tubuh polri yang menyelewengkan  protap ketika bertugas. Seperti, kasus-kasus di masyarakat yang menguap, polantas yang terima suap (uang haram) dari pengemudi di jalan raya. Ini “budaya bertahun-tahun”. Saya (penulis), ketika safar dakwah ke Jepang, seorang polisi Jepang bertanya, kenapa di Indonesia yang bukan polisi bisa bertugas sebagai polisi, bahkan terima uang dari pengemudi (maksudnya Pak ogah yang berdiri di tepi-tepi jalan mengamankan lalu lintas, sehingga macet berkepanjangan).

Ujung-ujungnya duit juga. Di Jepang, hal itu adalah perkara yang tak masuk akal dan tak mungkin terjadi.
He… hee…

Pokoknya seabrek kerusakan mental polisi yang terpaksa “ditelan” mentah-mentah oleh rakyat.
Bah, antar di tengah citra yang sangat gelap, itu, antar tiba tiba polisi “main coboy cengeng” yang sangat memalukan dan melanggar hukum apapun di dunia ini.

Kalau menurut hukum Islam mereka harus di-“qishos”.
Nyawa dibalas nyawa. Karena kehormatan seorang mukmin lebih suci daripada Ka’bah.

Allahu akbar

(Ketidak adilan adalah teroris yang sesungguhnya).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar