Buya Gusrizal Gazahar: BILA INGIN DAMAI, JANGAN LAMPAUI BATAS

Buya Gusrizal Gazahar: BILA INGIN DAMAI, JANGAN LAMPAUI BATAS
Buya Gusrizal Gazahar
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Tentang TATIB SMKN 2:

Saya melihat tidak ada masalah karena tentu dilahirkan dengan musyawarah dan di sekolah ada komite sekolah yang bisa dijadikan wadah untuk membicarakannya.
Sikap MUI Sumbar bagaimana?
Semula MUI Sumbar hanya dalam posisi memantau perkembangan dari waktu ke waktu.
Kita tetap menghargai proses internal sekolah.
Namun kemudian MUI Sumbar mulai melihat indikasi memperlebar masalah dengan melibatkan lawyer, suku dan agama maka akhirnya kita memahami bahwa ada usaha untuk “memframing” kasus ini.
Pernyataan-pernyataan tokoh-tokoh di Pusat di saat investigasi dan proses penyelesaian sedang berjalan, tidak menunjukkan sikap kepemimpinan dan ketokohan yang matang.
Ini bagaikan “menyiram bara dengan minyak bensin”.
Berbagai pernyataan ancaman dan tekanan seperti “non job” dan tuduhan “intoleran” serta “anti kebhinnekaan”, telah menyeret masalah ini ke ranah lain.
Apalagi diiringi dengan komentar “cabut perda”, “hentikan aturan berhijab” dan “dilarang membuat peraturan berdasarkan agama tertentu”. Ini jelas sekali telah menunjukkan bahwa yang dituju, tidak lagi sekedar penyelesaian kasus SMKN 2 Padang.
Karena itu, sebelum berkembang ke arah yang tidak baik, sudah sepatutnya saya menghimbau kepada tuan-tuan para pemegang kebijakan dan kekuasaan bila memang masih ingin menjaga keharmonisan  negeri ini, agar:

BERHENTILAH SAMPAI DI SITU, JANGAN DITERUSKAN LAGI!!!

Bila tuan-tuan meneruskannya sehingga berakibat lahirnya kebijakan yang berdampak kepada pemaksaan “anak-anak muslimat di lembaga pendidikan mesti melepaskan penutup aurat mereka, maka kami akan himpun seluruh kekuatan Ranah Minang (Niniek Mamak, ‘Alim ‘Ulama, Cadiek Pandai dan Bundo Kanduang) untuk berhadapan dengan kebijakan tuan-tuan tersebut”.
Itu tentu tidak akan membawa kedamaian dan keharmonisan lagi. Reaksi masyarakat Minangkabau terhadap kebijakan itu, bisa saja di luar dugaan tuan-tuan bila tetap bertindak tanpa mempertimbangkan harkat dan martabat masyarakat Minang.
Karena itu, saya ingatkan suatu kearifan yang patut tuan-tuan fahami bila ingin bersikap bijak:
“NANANG SARIBU AKA, PIKIA PALITO HATI”
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
banner 800x800