Subhanallah! 6 Ilmuwan Langsung Masuk Islam saat Penelitiannya Terjawab Dalam Al-Quran

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



 

 

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Ilmuwan identik dengan penelitiannya, tak jarang penelitian-penelitian itu memberikan pengetahuan baru atau memberikan pencerahan kepada orang lain atau bahkan untuk penelitinya sendiri.

Bentuk pencerahan tersebut ternyata bisa membuat pikiran para ilmuwan takjub.

Seperti dilansir dari channel youtube Islam Populer, sejumlah ilmuwan yang telah meneliti beberapa kasus dan menemukan bahwa ternyata Alquran lebih dulu menyebutkan hal tersebut maka mereka akhirnya masuk Islam.

Penasaran siapa saja ilmuwan yang memeluk agama Islam setelah melakukan penelitian?

Ini dia penjelasannya, dirangkum dari channel youtube Islam Populer.

1. Jacques Yves Costeau

Seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Prancis, Jacques-Yves Cousteau melakukan eksplorasi bawah laut.

Tiba-tiba ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar yang tidak bercampur dengan air laut.

Seolah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Lalu, suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim dan menceritakan fenomena itu.

Profesor itu teringat pada ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan pada surat Ar Rahman Ayat 19-20.

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing,” (QS Ar Rahman Ayat 19-20).

Mendengar ayat-ayat Alquran itu, Costeau kagum dan dikatakan ia memeluk Islam.

Sekadar informasi, Jacques-Yves Cousteau lahir di Prancis pada 11 Juni 1910 dan meninggal dunia di Paris pada 25 Juni 1997.

2. Maurice Bucaille

Maurice Bucaille dikenal sebagai ilmuwan yang meneliti jasad Fir’aun.

Ia merupakan ahli bedah asal Prancis yang lahir pada 19 Juli 1920.

Maurice Bucaille kemudian menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian tentang mumi.

Hasil penelitian menemukan hal yang mengejutkan bahwa sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah petunjuk bahwa Fir’aun meninggal karena tenggelam.

Jasadnya yang baru dikeluarkan dari laut kemudian segera dibalsem untuk diawetkan.

Namun hal ini tetap mengganjal logika sang profesor.

Bagaimana jasad mumi yang sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik kondisinya dibanding mumi-mumi lainnya?

Hal tersebut mulai sesuai dengan penggambaran kematian Fir’aun di Alquran bahwa dia mati karena ditelan ombak.

Bucaille kemudian merilis laporannya yang berjudul “Les momies des Pharaons et la midecine” (Mumi Fir’aun; Sebuah Penelitian Medis Modern).

Ia lalu mendengar bahwa Alquran sebenarnya telah mengisahkan cerita tenggelamnya Fir’aun.

Kabarnya, setelah mencari riwayat di berbagai kitab termasuk Taurat dan Injil, Bucaille beralih ke Islam.

Ia menemui sejumlah ilmuwan autopsi Muslim dan diberitahu mengenai salah satu ayat Alquran.

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami,” (QS. Yunus Ayat 92).

Ayat tersebut telah menyentuh hati Bucaille hingga ia menjadi seorang mualaf.

3. Prof William Brown

Majalah sains, Journal of Plant Molecular Biologies mengungkap hasil penelitian yang dilakukan tim ilmuwan Amerika Serikat.

Tim meneliti suara halus yang tidak bisa didengar oleh telinga manusia.

Suara itu keluar dari tumbuhan dan peneliti merekamnya dengan alat perekam canggih.

Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik diubah menjadi gelombang elektrik optik yang dapat dipantau di monitor.

Para ilmuwan ini kabarnya membawa hasil penemuan mereka ke hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah peneliti muslim.

Mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah.

Ilmuwan lalu kagum dengan apa yang mereka saksikan.

“Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun Lagi Maha Pengampun,” (QS Al-Isra:44).

Peneliti muslim lalu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.

Pada suatu kesempatan, sang profesor mengatakan bahwa dalam hidupnya, ia belum pernah menemukan fenomena semacam ini.

“Dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini.

Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya.

Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran.

Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain,” ungkap William.

4. Fidelma O’leary

Fidelma merupakan ahli neurologi yang berasal dari Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.

Ia mendapatkan hidayah ketika meneliti saraf otak manusia.

Saat ia melakukan penelitian, ia menemukan bahwa beberapa urat saraf di otak manusia tidak dimasuki oleh darah.

Padahal, setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah yang cukup untuk bisa berfungsi secara normal.

Ia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak, kecuali ketika seseorang melakukan gerakan sujud dalam salat seperti yang dilakukan umat Muslim.

Ini menunjukkan bahwa bila seseorang tidak melakukan salat, maka otak tidak dapat menerima darah yang cukup untuk bisa berfungsi secara normal.

5. Leopold Werner Von Ehrenfels

Prof. Dr. Leopold Werner von Ehrenfels merupakan seorang psikiater serta sekaligus neurology berkebangsaan Austria, serta agama saat sebelum Islam yaitu Kristen.

Dari remaja dia sudah banyak mendapatkan kejanggalan dalam agama kristen.

Pada akhirnya ia mempelajari Islam.

Satu di antara yang ia cermati yaitu mengenai kewajiban wudhu saat sebelum lakukan solat serta ia juga mempelajari mengenai kewajiban mandi sesudah jima’ dengan istri, serta dalam agama Kristen tidak ada ketentuan bersuci seperti ini.

Bahkan juga orang Kristen, tuturnya, walaupun dalam kondisi junub (habis bersetubuh dengan istri tanpa mandi) langsung pergi ke gereja untuk menyembah Tuhan.

Prof Leopold Werner von Ehrenfels, menemukannya sesuatu yang mengagumkan pada wudhu.

Ia menyampaikan satu kenyataan yang amat mengagetkan.

Kalau pusat-pusat syaraf yang paling sensitif dari tubuh manusia nyatanya ada di bagian dahi, tangan, serta kaki.

Pusat-pusat syaraf itu amat peka pada air segar.

Dari sini ia temukan hikmah di balik wudhu yang membersihkan pusat-pusat syaraf itu.

Ia bahkan juga menganjurkan supaya wudhu bukan sekedar milik serta rutinitas umat Islam, namun untuk umat manusia secara keseluruhan.

Dengan selalu membersihkan air segar pada pusat-pusat syaraf itu, memiliki arti orang bakal memelihara kesehatan serta kesesuaian pusat syarafnya.

Selanjutnya Leopold memeluk agama Islam serta merubah nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.

Tiap perintah Allah SWT jelas mempunyai hikmah kebaikan di baliknya.

Renungkan kalau wudhu yaitu ritual pengkondisian semua segi hidup, dari mulai psikologis & fisiologis.

lima panca indera, harus terkena seluruh tanpa kecuali disapu oleh air wudhu. Mata, hidung, telinga & semua kulit tubuh. Ini benar-benar mengagumkan.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur” (QS Al-Maidah ayat 6).

6. Keith Moore

Keith Moore adalah Presiden AACA (American Association of Clinical Anatomi ) antara tahun 1989 dan 1991.

Ia menjadi terkenal karena literaturnya tentang mata pelajaran Anatomi dan Embriologi dengan puluhan kedudukan dan gelar kehormatan dalam bidang sains.

Dia menulis bersama profesor Arthur F. Dalley II, Clinically Oriented Anatomy, yang merupakan literatur berbahasa Inggris paling populer dan menjadi buku kedokteran pegangan di seluruh dunia.

Buku ini juga digunakan oleh para ilmuwan, dokter, fisioterapi dan siswa seluruh dunia.

Pada suatu waktu, ada sekelompok mahasiswa yang menunjukkan referensi Alquran tentang ‘Penciptaan Manusia’ kepada Profesor Keith L Moore, lalu sang Profesor melihatnya dan berkata :

“Tidak mungkin ayat ini ditulis pada tahun 7 Masehi, karena apa yang terkandung di dalam ayat tersebut adalah fakta ilmiah yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan modern!

Ini tidak mungkin, Muhammad pasti menggunakan mikroskop!”

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati air yang berasal dari tanah.

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,

lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,

lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.

Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” ( QS A;-Mu’Minum 13-14).

Ayat tersebutlah yang membuat sang profesor akhirnya memeluk agama Islam dan merevisi beberapa kajian ilmiahnya karena Alquran ternyata telah menjawab beberapa bagian yang selama ini membuat sang profesor gusar.

Ia merasa materi yang ditelitinya selama ini terasa belum lengkap atau ada tahapan dari perkembangan embrio yang kurang.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *