GM PSIS Jadi Dosen Tamu di Kampus FISIP Unwahas

GM PSIS Jadi Dosen Tamu
KULIAH DOSEN TAMU: Wakil Ketua DPRD Kota Semarang sekaligus GM PSIS Wahyoe ‘’Liluk’’ Winarto mendapat cendera mata dari Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unwahas Agus Riyanto dan Ketua Juruan Ilmu Politik Muhammad Nuh usai menjadi Dosen Tamu di Kampus Unwahas, jalan Mwenoreh Tengah, Sampangaan, Semarang, kemarin.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



SEMARANG, Hajinews.id – General Manajer PSIS Wahyoe Winarto menjadi dosen tamu di hadapan mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Jalan Menoreh Tengah, Sampangan, Semarang, kemarin. Wahyoe yang akrab dipanggil Mas Liluk itu menggantikan CEO PSIS Yoyok AS Sukawijaya yang hari itu berhalangan hadir. Dipandu Ketua Jurusan Ilmu Politik Muhammad Nuh, Mas Liluk menyampaikan materi ‘’Sepakbola untuk Nasionalisme’’.  Hadir pada kesempatan itu Ketua Jurusan Hubungan Internasional Ismiatun dan para dosen dilingkungan Unwahas.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dekan FISIP Unwahas Agus Riyanto ketika membuka kuliah dosen tamu tersebut mengatakan, pihaknya sudah lama menjalin kerja sama dengan anggota DPR RI Yoyok AS Sukawijaya. Sebagai anggota dewan Dapil Kota Semarang, pengalaman yang dimilikinya sangat bermanfaat bagi para mahasiswa yang tengah belajar Prodi Ilmu Politik. ‘’Materi Sepakbola kalau dipelajari secara ilmiah juga menarik. Apalagi antara sepakbola dan politik sama-sama melibatkan massa. Bedanya yang satu melibatkan banyak orang menjadi supporter dalam sebuah pertandingan yang satu menjadi pemilih dalam pemungutan suara,’’ katanya.

Diplomasi Bola

Wahyoe Winarto yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Semarang mengakui, mengelola Sepakbola sekaligus menjadi anggota dewan sangat unik. ‘’Saya bersama mas Yoyok Sukawi mengelola PSIS sejak 2003 hingga sekarang. Kalau PSIS menang manajernya tidak disebut-sebut tetapi kalua kesebelasannya kalah maka dimarahi dan disumpah serapah berkepanjangan,’’ katanya sambal tertawa.

Menurut Liluk, mengelola klub sepakbola tidak sesederhana yang dibayangkan banyak orang. Mulai dari merekrut hingga membina pemain sampai menjadi professional dalam berbagai posisi. Belum lagi mengelola suporter fanatik yang jumlahnya mencapai ribuan orang. Mereka tergabung dalam Panser Biru dan Snex.

Menanggapi permintaan agar PSIS mengurangi pemain asing dan lebih mengutamakan pemain lokal atau dalam negeri Mas Liluk mengakui hal itu menjadi tuntutan dalam industri bola. ‘’Sepakbola sudah mengarah era industry apalagi bila masuk Liga Satu maka rekrutmen pemain asing tidak bisa dihindarkan. Tetapi kadang-kadanh merekrut pemain lokal yang harganya lebih mahal dari pemain asing juga ada,’’ katanya.

PSIS pernah menjadi salah satu klub sepakbola yang tidak memakai pemain asing. Tetapi karena kebutuhan dan tuntutan era industri bola PSIS kini juga merekrut beberapa pemain asing.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *