Pemerintah China Menduga Rakyatnya Takut Demonstran, Keberanian Mulai Muncul

Para mahasiswa ikut memprotes kebijakan nol-Covid China di Universitas Tsinghua di Beijing pada Ahad (27/11/2022).
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Pemerintah China menduga rakyatnya tak berani melakukan demonstrasi menentang pemerintah. Hal itu didungkapkan oleh seorang warga etnis Uighur atas pengalamannya tentang diskriminasi dan kekerasan polisi.

“Semua orang mengira orang China takut untuk keluar dan protes, karena tidak punya keberanian,” katanya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dia mengatakan ini menjadi pertama kalinya dia ikut ber-demonstrasi.

“Sebenarnya, dalam hati, saya juga memikirkan hal itu,” ujarnya.

“Tetapi ketika saya pergi ke sana, saya menemukan lingkungannya sedemikian rupa, dimana setiap orang sangat berani,” jelasnya.

Dilansir AP, Ahad (27/11/2022), awalnya adegan itu damai.

Tetapi, sekitar jam 3 pagi, berubah menjadi kekerasan.

Polisi mulai mengepung para demonstran untuk membubarkan kelompok pertama yang lebih aktif sebelum mereka datang untuk kelompok kedua yang membawa bunga.

Tujuannya untuk memindahkan orang dari jalan utama.

Seorang demonstran yang hanya menyebutkan nama keluarganya, Zhao, mengatakan salah satu temannya dipukuli oleh polisi dan dua disemprot merica.

Dia mengatakan polisi menginjak kakinya ketika mencoba menghentikan mereka membawa temannya pergi.
Dia kehilangan sepatunya dan meninggalkan protes tanpa alas kaki.

Zhao mengatakan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan.

Seperti “(Kami) tidak menginginkan PCR (tes), tetapi menginginkan kebebasan,” mengacu pada protes tersebut.

Sebelumnya, dipentaskan oleh seorang pria sendirian di Beijing menjelang kongres Partai Komunis ke-20 di Beijing pada Oktober 2022.

Setelah tiga tahun penguncian yang keras yang membuat orang terkurung di rumah selama berminggu-minggu, kebakaran Xinjiang akhirnya warga tidak mentolerir lagi tindakan keras tersebut.

Pendekatan China untuk mengendalikan Covid-19 dengan penguncian ketat dan pengujian massal dipuji oleh warganya sendiri.

Hal itu untuk meminimalkan kematian pada saat negara lain menderita gelombang infeksi yang menghancurkan.

Xi telah mengangkat pendekatan tersebut sebagai contoh keunggulan sistem China dibandingkan dengan Barat dan terutama AS.

Xi telah mempolitisasi penggunaan masker dan mengalami kesulitan dalam melakukan penguncian secara luas.

Dalam beberapa minggu terakhir ini, sikap itu telah berubah karena tragedi di bawah penegakan “nol-Covid” yang berlebihan telah menumpuk.

Sumber: Tribunnews

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *