Kultum 78: Kisah Masuk Islamnya Umar bin Khattab

Kisah Masuk Islamnya Umar bin Khattab
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai orang yang berwatak keras. Sebelum masuk Islam, kaum muslimin sering mendapatkan perlakukan kasar darinya. Di dalam tubuh yang tinggi tegap itu, ternyata sebenarnya ada hati yang sering berkecamuk dan perasaan yang berlawanan.

Di satu sisi ada pengagungan terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan, dan mabuk- mabukan. Di sisi lain ada bisikan kagum terhadap ketabahan kaum muslimin. Ada juga bisikan, boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik. Suatu hari, saat beliau dengan pedang terhunus melangkah untuk membunuh Nabi Shallalahu ‘alaihi wasallam, ia dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi yang bertanya,

ANA     : Hendak kemana engkau ya Umar?

UBK     : Aku hendak membunuh Muhammad.

ANA     : Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad?

UBK     : Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?

ANA     : Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu.

Bagai disambar geledek Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran kepada Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya. Ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi, sementara Fatimah, segera menutupi tulisan al-Quran.

Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya,

UBK     : Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?

F & S    : Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja.

UBK     : Pasti kalian telah murtad (kata Umar dengan geram).

Suami  : Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu?

Mendengar itu, Umar langsung menendang sang Ipar dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah lalu membangunkan suaminya, namun Fatimah juga ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah. Fatimah berkata dengan marah, “Wahai Umar, jika kebenaran bukan dalam agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah. Melihat muka adik perempuannya berdarah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar.

Lalu dia meminta lembaran al- Quran tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan al- Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.

Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca, Bismillaahi rrahmaani rrahim. Kemudian dia nyelethuk, “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”. Lalu ia terus membaca, sampai ayat, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS. Thaha, ayat 14).

Umar berkata, “Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”. Mendengar ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata, “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam telah berdoa, “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam. Rasulullah sekarang berada di sebuah rumah di kaki bukit Shafa”.

Tak lupa membawa pedangnya, Umar bergegas menuju rumah tersebut. Setibanya di sana dia mengetuk pintu. Seseorang yang berada di dalam, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang menghunus pedang. Segera Rasulullah diberitahu, dan merekapun berkumpul. Hamzah bertanya, “Ada apa?” Sahabat menjawab, “Umar”. Hamzah bertanya, “Umar?!, buka pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.

Rasulullah SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata, “Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.

Maka Umar pun mengucap, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah”. Kesaksian Umar itu disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil- Haram. Masuk Islamnya Umar bin Khattab menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin. Wallahu a’lam.

Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat kita untuk bersyukur karena dijadikan Allah hamba yang beriman, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  

  —ooOoo—

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *