Anies Baswedan Diprediksi Menang Satu Putaran

Anies Baswedan Diprediksi Menang
Anies Baswedan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Lihat saja “track records” atau rekam jejak Anies saat memimpin Jakarta. Program pendahulunya yang baik dilanjutkan, bahkan ditingkatkan, sementara program yang kurang baik akan dievaluasi atau bahkan dihentikan, dan itu normatif saja sebenarnya.

Atau ada pihak-pihak yang memang ketakutan akan ada masalah di kemudian hari jika Anies berkuasa karena mantan Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, ini dikenal tegas dan bersih?

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kalau tidak bersih, mana mungkin bisa tegas? Sebaliknya, bagi mereka yang bersih, tidak perlu takut menghadapi Anies. Kecuali mereka yang tidak bersih, boleh takut.

Antitesis

Itu satu hal. Hal lain yang mungkin menjadi sumber ketakutan lawan-lawan politik Anies adalah ia dicitrakan sebagai antitesis Presiden Jokowi.

Kita tahu, citra antitesis yang melekat pada diri Anies akan menguntungkan posisinya sebagai capres. Mengapa?

Ini terkait siklus lima atau 10 tahunan, di mana galibnya masyarakat pemilih akan memilih presiden berikutnya yang citra dan karakternya berbeda dengan presiden yang akan digantikannya.

Jika Presiden Jokowi selama ini dikenal sebagai sosok yang spontan dan ceplas-ceplos, sebaliknya Anies dikenal sebagai sosok yang cenderung protokoler dan kalem.

Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dikenal sebagai sosok yang ceplas-ceplos, mirip Presiden Jokowi saat ini.

Gus Dur yang digantikan Presiden Megawati Soakernoputri kemudian digantikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang cenderung protokoler dan kalem.

SBY digantikan oleh Presiden Jokowi yang sekali lagi dikenal spontan dan ceplas-ceplos.

Untuk presiden yang akan datang, diyakini masyarakat pemilih akan memilih capres yang cenderung protokoler dan kalem seperti SBY, dan itu ada dalam diri Anies.

Alhasil, posisi Anies sebagai capres pun diuntungkan. Inilah faktor lain yang membuat lawan-lawan politik Anies ketakutan, sehingga seperti yang disampaikan Surya Paloh, Anies banyak yang menjegal.

Lalu bagaimana peluang Anies?

PDIP sudah memegang “golden ticket” karena perolehan kursinya di DPR RI pada Pemilu 2019 lebih dari 20 persen, sehihgga sesuai ketentuan Pasal 222 Undang-Undang (UU) No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, partai berlambang kepala banteng moncong putih dalam lingkaran ini memenuhi syarat “presidential threshold” untuk nengajukan capres-cawapres sendiri tanpa berkoalisi dengan parpol lain. Akibatnya, PDIP akan ngotot mempertahankan Ganjar Pranowo sebagai capres, bukan cawapres.

Di pihak lain, berdasarkan hasil survei teranyar yang menempatkan Prabowo Subianto di posisi teratas elektabilitas capres, maka Gerindra pun akan keukeuh memasang Prabowo selaku capres sebagai harga mati, bukan cawapres.

Jadi diperkirakan akan ada tiga pasangan capres-cawapres sebagai peserta Pilpres 2024, yakni Prabowo, Anies dan Ganjar beserta cawapres masing-masing.

Nah, konstelasi politik semacam ini akan menguntungkan bagi Anies.

Pasalnya, Prabowo dan Ganjar memiliki ceruk massa yang relatif sama, yakni nasionalis-religius yang kekiri-kirian atau Islam abangan, sehingga keduanya pun akan berebut suara dari ceruk yang relatif sama.

Sebaliknya, ceruk suara Anies yang nasionalis-religius kekanan-kananan relatif didulang Anies sendiri, sehingga dukungan suara dari ceruk ini buat Anies akan solid.

Plus, pemilih Prabowo pada Pilpres 2019 yang nasionalis religius kekanan-kananan sebagian akan beralih ke Anies, karena mereka kecewa Prabowo bergabung dengan pemerintah menjadi Menteri Pertahanan.

Alhasil, jika Pilpres 2024 diikuti tiga capres yakni Prabowo, Anies dan Ganjar maka Mas Anies akan menang dalam satu putaran. Insya Allah!

banner 800x800