Disway: Zaytun Salmon

Zaytun Salmon
Dahlan Iskan melihat galangan kapal Syekh Panji Gumilang--
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Berarti kapal made in Al-Zaytun ini bisa lebih lama di tengah laut. Pun bisa berlayar sampai ke pusat ikan di Laut Arafuru dekat pulau Banda. Apalagi kapal itu dilengkapi cold storage. “Minus 60 derajat,” ujar Syekh Panji.

Berarti kualitas ikan hasil tangkapan kapal ini bisa dipertahankan tetap tinggi. Harga ikannya pun bisa lebih baik.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Itulah problem besar ikan asal Indonesia. Tiba di pelabuhan kualitasnya sudah menurun. Maka biar pun ekspor ikan kita tinggi, hasil dolarnya kurang tinggi.

Kapal Al-Zaytun itu nanti memang akan berjuang ke Laut Arafuru. Jadi, kapal-kapal itu akan dipakai sendiri. Al-Zaytun lagi sangat serius membangun jaringan bisnis perikanan.

Begitu penuh dengan ikan Arafuru, kapal itu akan kembali ke Indramayu. Tidak ke Ambon, Bitung, Makassar, atau Surabaya. Di pantai utara Indramayu itu kini sedang dibangun juga industri pengolahan ikan. Di situ juga dibangun cold storage yang besar.

Al-Zaytun sudah membeli tanah di pantai itu seluas 350 hektare. Dan masih akan terus ditambah.

Di samping galangan kapal, cold storage dan pengolahan ikan Syekh Panji juga akan membangun fasilitas dok. Lalu pembuatan kapal plat baja.

Begitu dua kapal baru itu meluncur ke laut, akan segera dibangun kapal ketiga dan keempat.

Al-Zaytun sebenarnya ingin membeli lahan bekas madrasah Darussalam yang terjepit di antara  lahannya. Agar menyatu dalam satu hamparan. Madrasah itu sudah lama mati. Punya masalah di internal keluarga mereka. Al-Zaytun tidak mau terbawa ke konflik keluarga.

Dari galangan kapal ini madrasah itu terlihat dekat. Pun kubah masjidnya yang besar. Madrasahnya sudah tutup. Masjidnya sudah lama tidak dipakai.

Di galangan ini kami tidak hanya melihat kapal baru itu dari luar. Kami naik ke atas geladaknya. Menjenguk ruang mesinnya.

Sayang kalau tidak diluncurkan.

Rupanya soal pertanian dan peternakan sudah selesai ditata di Al-Zaytun. Maka gilirannya terjun ke perikanan laut.

Syekh Panji memang sangat memperhatikan kualitas makanan santrinya yang di atas 5.000 orang itu.

Di pesantren itu selalu ada sajian ikan salmon dan tuna. Yang kandungan proteinnya tinggi. Di dua jenis ikan itulah Al-Zaytun belum mandiri. Yang lain sudah bisa memproduksinya sendiri. Secara swasembada: beras, jagung, kedelai, kacang, gula, telur, daging ayam, daging sapi, minyak goreng, sayur, buah, dan garam. Tinggal ikan salmon dan tuna yang masih membeli. Itulah yang akan diatasi dengan kapal-kapal ikan tadi.

Dari galangan ini saya menuju pesantren Al-Zaytun. Kali pertama pula. “Naik mobil saya saja. Bisa ngobrol di perjalanan selama lebih 1 jam,” kata Syekh Panji.

Hari sudah gelap. Kami meninggalkan jalan pantura ke arah Haurgeulis. Jalannya sempit. Kurang mulus. Tapi keasyikan mengobrol membuat kegelapan itu seperti terang-benderang. Dan jalan sempit itu terasa lapang. (Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *