Sadarilah bahwa kita di dunia ini adalah musafir dan sedang melakukan perjalanan. Hal ini harus benar-benar kita sadari dan jangan sampai lalai mengingat hal ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَ تَرَكَهَا
“Apa peduliku dengan dunia? Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.”
(HR. Tirmidzi no. 2551)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata,
الناس منذ خلقوا لم يزالوا مسافرين, ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻬﻢ ﺣﻂٌّ ﻋﻦ ﺭِﺣﺎﻟﻬﻢ ﺇﻻَّ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨَّﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﻨﺎﺭ
“Manusia sejak diciptakan senantiasa menjadi musafir, Batas akhir perhentian perjalanan mereka adalah surga atau neraka.” (Al-Fawaid)
Perlu direnungkan juga bahwa yang namanya perjalanan dan safar pastinya ada kesusahan dan ketidaknyamanan. Selama masa safar dan perjalanan jauh lagi panjang, kita tidak merasa senang dan gembira terus-menerus atau bahkan bermain-main.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan,
“Orang yang berakal akan tahu bahwa safar itu identik dengan kesusahan dan terpapar berbagai bahaya. Tempat di mana manusia berharap atau menuntut adanya nikmat, kelezatan dan kenyamanan hanya ada pada saat safar telah selesai.” (Al-Fawaid)
Muslimafiyah.com
Muslimah MSR Official