Kultum 171: Bid’ah yang Masih Saja Populer

Bid’ah yang Masih Saja Populer
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Bid’ah-bid’ah yang berhubungan dengan ibadah dan taqarrub kepada Allah Subhanahu wata’ala di jaman moderen sekarang ini banyak sekali macamnya. Bahkan, seiring berjalannya waktu dan jaman, tidak sedikit penyeru dan da’i yang mengajak untuk melakukan ibadah yang sedikit banyak cenderung ke arah bid’ah. Tidak sedikit pula penyeru yang mengajak untuk bertasyabbuh; meniru cara-cara orang-orang kafir.

Sungguh mengenaskan kalau ibadah yang seharusnya dimurnikan ‘liwajhillah’ (demi wajah Allah semata) malah tercampur dengan berbagai adat kebiasaan atau ritual agama, apalagi agama selain Islam. Beberapa alasan yang biasanya digunakan adalah (a) demi kebersamaan, (b) mengakomodir kearifan lokal, (c) menjaga / melestarikan adat, (d) jangan sampai pusaka nenek moyang kita tinggalkan, dan lain-lain. Hal seperti ini menunjukkan benarnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sungguh kalian akan mengikuti cara-cara kaum sebelum kalian” (HR. At-Turmudzi).

Salah satu contoh kegiatan yang paling populer kegiatan ‘tabarruk’. Tabbaruk adalah kegiatan ‘ngalab berkah’ (mengambil berkah) dari orang-orang tertentu, tempat-tempat tertentu, pusaka (atau) peninggalan, dan dari orang-orang pinter (baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal). Ini semua termasuk di antara berbagai macam bid’ah.

Amalan seperti ini merupakan salah satu bentuk dari watsaniyah (pengabdian terhadap mahluk) yang juga sering dijadikan jaringan bisnis untuk mendapatkan uang dari orang-orang awam. Tabarruk artinya memohon berkah dan berkah artinya tetapnya dan bertambahnya kebaikan yang ada pada sesuatu. Permohonan seperti ini tak mungkin bisa terkabul kecuali dipanjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala saja.

Allah-lah yang menurunkan berkah dan mengekalkannya. Adapun mahluk, siapapun dia, tidak mampu menetapkan dan mengekalkannya. Karena itu praktek tabarruk dari tempat-tempat tertentu, pusaka (atau) barang-barang peninggalan, dan orang-orang yang dianggap pintar, baik yang hidup ataupun yang sudah meninggal tidak boleh dilakukan karena praktek ini bisa termasuk syirik bila ada keyakinan bahwa dengan melakukan itu maka berkah akan turun.

Amalan-amalan seperti ini juga termasuk media menuju syirik, bila ada keyakinan bahwa menziarahi pusaka tersebut, memegangnya dan mengusapnya merupakan penyebab untuk mendapatkan berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang ada tabarruk yang dilakukan beberapa sahabat dengan rambut, ludah, dan sesuatu yang terlepas dari tubuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana diketahui dalam beberapa riwayat.

Tetapi hal tersebut dilakukan hanya di masa Rasulullah masih hidup dan saat beliau berada di antara mereka. Itupun para sahabat tidak bertabarruk dengan bekas kamar dan kuburan beliau setelah wafat. Selain pada Rasulullah, para sahabat itu juga tidak pergi ke tempat-tempat shalat atau tempat-tempat duduk untuk bertabarruk, apalagi kuburan-kuburan para wali. Para sahabat juga tidak bertabarruk dari orang-orang shalih seperti Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu, Umar Radhiyallahu ‘anhu dan yang lainnya dari para sahabat yang mulia, baik semasa hidup mereka ataupun setelah meninggal.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *