Alergi Perubahan Itu Bentuk Arogansi

Alergi Perubahan Itu Bentuk Arogansi
Shamsi Ali
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation

Hajinews.id – Segala sesuatu di alam semesta ini mengalami pergerakan (harokah) dan karenanya pasti mengalami perubahan (taghyiir). Yang konstan (tidak berubah) secara abadi hanya Dia yang mengendalikan pergerakan dan perubahan itu; Pencipta alam semesta (Rabb al-alamin).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Realita ini menjadi bagian dari karakter alami semua yang tercipta (makhluk). Bahkan pada semua yang terikat oleh ruang dan waktu mengalami perubahan itu: “sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pada pergantian malam dan siang, ada tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi mereka yang berakal” (Al-Imran: 190).

Perubahan yang merupakan bagian dari sunnatullah (hukum/aturan Allah) dalam penciptaanNya ini menjadikan semua makhluk harus sadar sekaligus antisipatif pada pergerakan dan perubahan itu. Lalu berusaha dengan penuh kesadaran untuk bergerak mengiringi dan mengawal setiap langkah dan arah perubahan yang terjadi dan yang akan terus terjadi.

Kegagalan mengantisipasi atau sikap pembangkangan kepada pergerakan perubahan hidup menjadikan makhluk (baca manusia) hanya akan menjadi korban (victims) dari perubahan yang pasti terjadi. Dan perubahan yang tidak diantisipasi (atau tidak disadari) justeru berpotensi hadir dengan wajah yang menyeramkan.

Bangsa-bangsa yang terlanjur berada pada zona nyamannya (comfort zone) seringkali terbuai dan lupa untuk mengantisipasi dan menyambut perubahan itu. Pada akhirnya bangsa-bangsa itu terpaksa (atau dipaksa) oleh perubahan untuk berubah. Perubahan yang dipaksakan itu pada lazimnya akan hadir dengan wajah yang menyeramkan.

Contoh terdekat dari itu adalah situasi Timur Tengah. Terlepas dari perlakuan buruk bangsa lain (baca Amerika dan sekutunya) yang memporak porandakan negara-negara itu, dari Irak, suriah, Libya dan negara-negara lainnya. Namun kehancuran itu juga disebabkan oleh kegagalan mereka mengantisipasi pergerakan dan perubahan dunia.

Poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dunia mengalami perubahan konstan (terus menerus), di mana tidak ada satu bangsa mana pun yang terkecualikan dari karakter alam ini. Dan karenanya semua bangsa di dunia harus mengantisipasi dan siap melakukan perubahan, yang mungkin saja terasa pahit dalam prosesnya.

Terlebih lagi dalam konteks dunia yang didominasi oleh kemajuan teknologi, khususnya di bidang informasi dan media. Perubahan itu terasa semakin cepat dan berdampak pada segala lini kehidupan manusia. Perubahan itu kerap begitu cepat dan sangat dahsyat berdampak pada karakter manusia, baik secara individu maupun kolektif.

Manusia yang tidak sadar perubahan pada umumnya terperangkap dalam beberapa possibilitas. Kemungkinan terperangkap oleh zona nyaman (comfort zone) yang terbingkai oleh kepentingan tertentu. Boleh juga karena mindset usang yang silau dengan romantisme ke masa lalu. Atau sebaliknya merasa paling hebat dan sempurna pada diri dan karyanya. Yang sesungguhnya tanpa disadari merupakan atraksi keangkuhan yang berbahaya.

Perubahan merupakan ikhtiar untuk membawa perbaikan dan penyempurnaan. Perubahan tidak harus dipahami sebagai “pemberhentian” sesuatu yang telah ada dan baik. Tidak harus dipahami sebagai memangkrakkan sesuatu yang telah jalan. Perubahan hanya akan memastikan agar yang ada itu memang baik dan benar. Jika kurang sempurna disempurnakan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *