Mas Goen sungguh tak terima Mahkamah Konstitusi (MK) yang menjadi benteng terakhir penjaga konstitusi negara ini, sampai harus diobrak-abrik demi untuk meloloskan Gibran. Tetapi, apakah semata karena itu?
Hemat menulis, tidak. Air mata Mas Goen itu sesungguhnya adalah air mata penyesalan karena pernah menanggalkan diri sejatinya sebagai si Caping Tunggal. Lalu menjadi pecinta Jokowi dan mendukungnya tanpa sekalipun pernah bersikap kritis.
Tapi itu belum seberapa. Mas Goen hendaknya lebih bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang jauh lebih buruk terjadi selanjutnya. Jangan sampai membuat Mas Goen mati berdiri. Sebab tragedi di MK itu baru awal. Bahkan boleh jadi hanya semacam tes ombak.
Sebab kekhawatiran Mas Goen sangat beralasan. Jika MK saja dibuat seperti itu demi meloloskan Gibran, maka untuk memenangkan Prabowo – Gibran, bukan tidak mungkin tindakan Jokowi akan jauh lebih brutal. Mau apa jika seluruh kekuasaan di tangannya, terutama infrastruktur sipil dan militer, dikerahkan untuk itu? Belum lagi jika si Paman Anwar masih Ketua MK, selesai.
Namun, patut disyukuri bahwa pada usianya yang sudah renta, GM masih sempat kembali sebagai si Caping Tunggal yang telah dikutuk menemukan kebahagiaannya, hanya di jalan sunyi. [ym]
Jakarta, 06 November 2023