Kalau saat ini untuk media cetak akan lebih mudah lagi, yakni dengan adanya hitungan kata yang ada di komputer.
Hanya saja jelas menimbulkan pekerjaan baru bagi para wartawan. Hal ini mungkin juga akan sulit diterapkan oleh para wartawan media daring yang hanya mengandalkan gawai (gadget) untuk mengunggah berita ke lamannya.
Lalu bagaimana dengan media radio. Tentu saja media ini dapat menerapkan parameter durasi untuk memberikan andil bagi netralitasnya.
Hanya saja masih ada parameter lain yang tentu saja akan sangat merepotkan pekerjaan reporter yakni masalah penggunaan frasa atau diksi dalam pemberitaan.
Sebab penggunaan pilihan kata (diksi) juga berimplikasi mengindikasikan dukungan secara literer (tertulis) terhadap pihak tertentu.
Terhadap media TV, selain masalah durasi, jelas akan sangat didukung oleh penyajian gambar.
Durasi sebagaimana parameter untuk media radio, pun akan mengindikasikan keberpihakan terhadap satu pihak.
Begitupula dengan penyajian gambar. Gambar-gambar yang tersaji di layar kaca akan memberikan interpretasi positif dan negatif terhadap pemirsa.
Persoalan interpretasi (positif-negatif) ini jelas memberi kontribusi bagi pemirsa untuk menentukan pilihan.
Tidak hanya gambar, komunikasi verbal (lisan) seseorang pun dapat mengimplikasikan pesan beragam di benak pemirsa.
Hanya memang sulit memenej ‘angel’ yang dianggap tidak mendiskreditkan pasangan atau pihak tertentu.
Sebab, komunikasi verbal itu menyertai gambar, Publik kita saat ini, selain semakin pintar dan cerdas karena banyak belajar dari media sosial, juga kian susah dikendalikan.(*)