Kultum 322: Mengenal Abu Qasim Al-Zahrawi

Mengenal Abu Qasim Al-Zahrawi
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Nama lengkap beliau adalah Abu Al-Qasim Khalaf Ibn al-‘Abbas al-Zahrawi al-Ansari, yang lebih dikenal dengan Abu Qasim al-Zahrawi, atau lebih singkat dikenal sebagai Al-Zahrawi ( الزهراوي ). Beliau sering dianggap sebagai dokter ahli bedah terbesar pada abad pertengahan. Bahkan dia juga dikenal sebagai “bapak bedah modern”.

Karya utama beliau adalah Kitab al-Tasrif, sebuah ensiklopedia praktik medis setebal tiga puluh jilid. Bab operasi dari karya ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, dan mencapai popularitas luas serta menjadi buku teks standar di Eropa selama lima ratus tahun setelahnya. Kontribusi perintis Al-Zahrawi di bidang prosedur dan instrumen bedah memiliki dampak yang sangat besar di Timur dan Barat hingga periode modern, di mana beberapa penemuannya masih diterapkan dalam kedokteran hingga saat ini.

Al-Zahrawi juga mempelopori penggunaan ‘catgut’ dalam hal jahitan internal, dan instrumen bedahnya yang demikian masih digunakan sampai sekarang untuk merawat orang. Dia adalah dokter pertama yang mengidentifikasi sifat turun-temurun dari hemofilia dan menggambarkan kehamilan perut , subtipe kehamilan ektopik yang pada masa itu merupakan penderitaan yang fatal, dan merupakan orang pertama yang menemukan akar penyebab kelumpuhan. Dia juga mengembangkan perangkat bedah untuk operasi caesar dan operasi katarak.

Al-Zahrawi lahir di kota Azahara, sebuah kota 8 kilometer barat laut Cordoba, Andalusia. Meski tanggal lahirnya tidak diketahui secara pasti, namun para ahli sepakat bahwa beliau lahir setelah tahun 936, di Azahara. Azahari juga bergelar ‘Nisba’ (gelar atributif), Al-Ansari, yang menunjukkan bahwa dia berasal dari suku Madinah AL-Ansar. Dengan demikian, statusnya bisa ditelusuri dari nenek moyangnya kembali ke Madinah di Jazirah Arab.

Dia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Cordoba. Itu juga tempat dia belajar, mengajar, dan mempraktekkan pengobatan dan pembedahan sampai sesaat sebelum wafatnya sekitar tahun 1013, dua tahun setelah Azahara diberhentikan dari tugasnya. Tidak banyak yang tersisa tentang hidupnya, kecuali karyanya yang diterbitkan karena kehancuran El-Zahra selama konflik Kastilia-Andalusia. Nama beliau pertama kali muncul dalam tulisan-tulisan Abu Muhammad bin Hazm (993–1064), yang memasukkannya ke dalam daftar dokter terbesar di Spanyol Moor. Al-Zahrawi adalah seorang dokter istana untuk khalifah Andalusia Al-Hakam II. Beliau ini sejaman dengan ahli kimia Andalusia seperti Ibn al-Wafid, al-Majriti, dn Artephius. Dia dedikasikan seluruh hidup dan kejeniusannya untuk kemajuan kedokteran, khususnya dalam bidang pembedahan.

Di dalam beberapa tulisan disebutkan bahwa seorang dokter bedah milter dari Belanda bernama Antonius Mathysen telah menemukan metode pembalut gips di Paris pada pada tahun 1851. Diceritakan bahwa dalam banyak perkembangan dalam bedah ortopedi yang dihasilkan dari pengalaman selama masa perang. Di medan pertempuran pada masa Abad Pertengahan prajurit yang terluka dirawat dengan perban yang direndam dalam darah kuda yang dikeringkan unruk membuat belat yang kaku meski tak memenuhi syarat kesehatan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *