Kultum 331: Toleransi Umat Islam Berdasarkan Al-Qur’an

Toleransi Umat Islam
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Salah satu salah kaprah yang sering muncul atau mungkin sengaja dimunculkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab adalah makna toleransi. Mereka yang tidak bertanggung jawab ini sering juga mengatasnamakan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Aneh kan?

Perlu dicatat bahwa dengan status rahmat bagi alam semesta, Islam juga bersifat universal dan mengakui serta menerima kenyataan adanya pluralitas agama di bumi yang kita pijak bersama ini. Namun, sekali lagi mungkin dengan tujuan mengaburkan makna yang benar, sebagaian orang ada yang sengaja menggiring opini bahwa tolerasi itu dikatakan sebagai begini dan begitu tanpa dasar yang benar.

Sebelum sampai kepada beberapa dasar tersebut, mari kita simak definisi toleransi secara terminologis. Secara bahasa, toleransi berarti tenggang rasa. Secara istilah, toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia.

Allah Subhanahu wata’ala telah menciptakan manusia berbeda satu sama lain. Hal ini bisa menjadi kekuatan jika dipandang secara positif, namun juga bisa memicu konflik jika dipandang secara negatif. Untuk itu, toleransi ‘antar umat’ beragama (bukan antar agama) telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alihi wasallam. Contoh, ketika menang dan selesai Perang Badar, pasukan muslim ingin tawanan non muslim dibunuh. Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam justru meminta agar tawanan perang dibebaskan. Ada beberapa ayat Alquran tentang toleransi.

Berikut beberapa ayat Al-Qur’an teantang toleransi yang bisa dijadikan dasar dasar untuk bersikap terhadap apa yang kita hadapi. Dalam hal toleransi terhadap sesama umat atau antar umat beragama, Allah berfirman,

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ . لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ .

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ . وَلَا أَنَا عَابِدٌ

مَا عَبَدْتُمْ . وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ .

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah, untukmu agamamu, dan untukku agamaku’ (QS. Al-Kaafirun, ayat 1 – 6).

Berdasarkan 6 ayat tersebut, kita bisa menyimpulkan dan bersikap bahwa tidak ada saran maupun paksaan bagi masing-masing pemeluk agama untuk mengikuti kegiatan apapun yang merupakan bagian dari kegiatan ibadah agama lain. Jadi, kalau kita sebagai umat Muslim tidak bersedia untuk menjaga gereja ketika ada perayaan Natal atau sejenisnya, ini tidak berarti bahwa kita tidak toleran. Hal itu karena perayaan Natal adalah bagian dari kegiatan ibadah agama lain.

Di dalam Al-Qur’an bahkan Allah Subhanahu wata’ala juga telah memberikan garis-garis yang jelas tentang toleransi dalam hal kewajiban dan tanggung jawab masing-masing umat beragama. Dalam hal ini Allah Subhanhau wata’ala berfirman,

وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهِ ۚ

وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ . وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ

لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ ۖ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا

أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

Artinya:

Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Qur’an), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah “bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak pertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS. Yunus, ayat 40 – 41).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *