Kultum 344: Tafsir Mimpi Hasil Istikharah

Tafsir Mimpi Hasil Istikharah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Dalam Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengkategorikan mimpi menjadi beberapa jenis. (a) Mimpi yang benar, yaitu mimpi -mimpi yang diilhami oleh Allah. Hal itu baik untuk memperingatkan seseorang atau untuk memberinya kabar gembira. (b) Mimpi syaitan, yaitu kesan-kesan yang syaitan tempatkan dalam pikiran orang yang sedang tidur baik untuk membuatnya senang atau untuk menakut-nakutinya.

Pikiran pikiran, peristiwa atau pikiran yang dialami seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang akhirnya muncul dalam bentuk mimpi. Mimpi yang terlihat setelah Istikharah dapat termasuk dalam salah satu dari kategori ini. Harus diingat juga bahwa mimpi yang paling otentik adalah mimpi yang diamati di bagian akhir malam atau selama qaylulah (tidur di siang hari, sekitar tengah hari, sebaiknya setelah makan siang).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dengan cara yang sama, perasaan hati dapat dikategorikan sebagai (a) Ilham yaitu ilham ilahi, (b) yang disisipkan oleh syaitan, dan (c) Seseorang yang diatur oleh nafsnya, atau karena menyimpulkan setelah pengerahan tenaga intelektual pikiran dan menimbang pro dan kontra.

Kadang-kadang setelah Istikharah, tampaknya akan ada salah satu cara yang terbaik. Tetapi ketika upaya dilakukan ke arah itu ada hambatan dan hambatan yang dihadapi sehingga mencapai tujuan menjadi hampir tidak mungkin. Ini sebenarnya adalah hasil dari Istikharah, dan hambatan-hambatan itu sebenarnya dari Allah Subhanahu wata’ala.

Oleh karena itu, saran Syekh Ibrahim Kureshi kepada Muslimah tersebut adalah bahwa dia harus mengikuti kata hatinya. Setelah si Muslimah mulai melakukan istikharah, dia menyebutkan tentang mimpi yang dia lihat, yang mungkin menunjukkan kebaikan tetapi dalam cahaya yang sama seseorang tidak boleh menjalani hidup hanya berdasarkan pada mimpi.

Hanya mengenai “Mimpi Sejati” sajalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengistilahkannya sebagai bagian dari empat puluh enam bagian nubuwat. Karena itu, tidak setiap mimpi membutuhkan makna atau kenyataan di baliknya. Allahu ya’lam.

Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                        —ooOoo—

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *