Disway: Tirai Keluarga

Tirai Keluarga
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ia orang Mesir. Sudah 10 tahun kerja di Saudi. Ia juga sudah memberikan nomor teleponnya ke saya.

Saya longok ke luar stasiun: tidak ada siapa pun. Ia sudah begitu jauh. Sudah ditelan fatamorgana.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Saya balik ke loket. Tanpa berkata apa-apa. Hanya garuk-garuk kepala. Ia lihat si yatim piatu di depannya.

“Apakah mau jadi penumpang cadangan?” katanya.

“Mauuuuuu” jawab saya.

“Anda bayar 105 riyal. Kalau semua penumpang ternyata datang, uang kembali. Tidak bisa cash. Akan dikirim ke rekening bank Anda. Mungkin perlu waktu 2 atau 3 hari,” katanya.

“Mauuuu”.

“Anda masuk waiting list nomor 2”.

“Mauuuuu”.

“Kereta akan berangkat pukul 09.00. Anda akan tahu dapat kursi atau tidak pukul 08.57”.

“Mauuuu”.

Ia melihat bawaan saya.

“Hanya itu?”

“Mauuuu”.

Mungkin saya akan langsung ditolak kalau terlihat bawa koper besar. Waktu tiga menit tidak cukup untuk menyeret koper ke kereta.

“Saya bisa lari,” kata saya.

Ia tersenyum –mungkin lihat kacamata hitam saya yang baru yang lupa saya copot.

“Anda tunggu di kursi sana itu,” katanya sambil menyerahkan tiket saya. Kali ini saya bayar pakai kartu. Agar, kalau tidak dapat kursi, uang bisa balik masuk kartu itu –tidak nyasar ke kartunya Jokosp SP.

Di kursi tunggu saya pun lihat layar HP: masih pukul 08.30. Masih bisa berdebar agak lama. Saya tidak berdoa semoga ada mobil calon penumpang yang kesasar di padang pasir. Saya pasrah. Tawakal. Saya tidak berusaha menjemput takdir. Saya murni menunggu nasib.

Pun satu wanita bercadar hitam di ujung kursi sana.

Setengah jam detak jatung berlomba cepat dengan detik di HP. Kurang lima menit. Petugas minta tiket saya. Juga tiket si hitam. Dibawa masuk. Tanda-tanda baik.

Kurang tiga menit. Ada petugas memberi kode dari jauh: dengan tangannya.

Saya bergegas lari ke arahnya. Ke arah kereta. Saya diantar oleh petugas itu masuk gerbong. Aman.  Terus berjalan ke gerbong depannya: penuh. Banyak tempat duduk berhadapan:  diberi tirai. Mungkin satu keluarga di balik tirai itu.

Masuk lagi ke gerbong di depannya: penuh. Sebagian gerbong ini dikosongkan. Lantainya diberi karpet. Ada sajadah terhampar: musala.

Di musala itu pun saya mau. Lebih santai.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *