Khutbah Nabi SAW di Arafah Merupakan Momen Penting Dalam Sejarah Hak Asasi Manusia

Khutbah Nabi SAW di Arafah
Arafah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idSebuah peristiwa penting di penghujung perjalanan dakwah Nabi. Ketika beliau menyampaikan khutbah di Arafah yang kemudian dikenal dengan sebutan “Al-Wada” (khutbah Perpisahan).

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah/632 Masehi. Saat itu, Nabi SAW dan sekitar 114.000 umat Islam menunaikan ibadah haji pertama mereka, yang merupakan haji terakhir mereka.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Abdul Muqsit Ghazali, Konsultan Ibadah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), mengatakan materi yang disampaikan Rasulullah SAW dalam khutbah Arafah membangkitkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai kemanusiaan yang luar biasa.

”Nabi bilang bahwa sesungguhnya harta kehormatan adalah suci dan tidak boleh diganggu oleh siapapun. Khutbah ini pun menimbulkan kesadaran kemanusiaan yang luar biasa,” ujar KH Moqsith, kepada Media Center Haji, Sabtu (9/6/2024).

Menurut Moqsith, khutbah Rasulullah menjadi momentum penting dalam sejarah HAM di dunia. Salah satu pesan utama yang disampaikan Nabi Muhammad adalah tentang larangan membunuh sesama manusia.

Ini, kata Moqsith, sejalan dengan pesan-pesan yang disampaikan di dalam Al-Quran. Kitab Suci menyebut bahwa barangsiapa membunuh satu jiwa maka dia sama saja membunuh seluruh jiwa.

Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta ini melanjutkan, ucapan Nabi dan Firman Allah dalam Al-Quran itu seharusnya menjadi perenungan umat manusia di tengah banyaknya konflik dan perang akhri-akhir ini.

”Apa yang disampaikan Nabi 14 abad lalu penting direnungkan kembali,” ujarnya.

Dalam khutbah itu, imbuh Moqsith, Nabi Muhammad menyampaikan seruannya denga kata ”umat manusia”, bukan hanya orang Islam.

”Kata Nabi, Tuhan kalian satu. Bapak umat manusia juga satu, yaitu adam, seluruh kita ini berasal dari adam,” terangnya.

Filosofi penting lain yang bisa diambil saat wukuf di Arafah adalah soal kesetaraan. Di sana, semua manusia, dengan berbagai derajat harus menanggalkan pangkat dunianya.

Mereka, terutama pria, diminta hanya mengenakan dua helai kain putih tak berjahit alias ihram. Ini menunjukkan bahwa ketakwaan manusia bukan diukur berdasarkan jabatan selama ia hidup, tapi soal ketakwaan.

”Identitas kita semua di Arafah itu semua sama, sebagai tamu Allah. Jabatan itu sementara. Yang abadi hanya yang akan dibawa saat manusia berjumpa dengan Allah,” tegas Moqsith.

Seperti diketahui, pada tanggal 15 Juni 2024 mendatang, atau tepatnya 9 Dzulhijjah, umat Islam yang sedang melaksanakan haji akan menunaikan wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah.

Mereka akan melaksanakannya mulai matahari tergelincir di siang hari tanggal 9 Dzulhijjah hingga matahari terbit tanggal 10 Dzulhijjah. Selain berdiam diri dan berdoa, salah satu rangkaian wukuf adalah mendengarkan khutbah.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *