BNI Hadapi Potensi Kredit Macet Rp 49 Triliun

Ilustrasi. (Ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menghadapi masalah kredit yang berisiko atau loan at risk (LAR) Rp 49 triliun per Desember 2019. Jumlah tersebut melonjak Rp 9 triliun dibandingkan 2018 yang sebesar Rp 40 triliun.

Rasio LAR, yang terdiri atas kredit dalam perhatian khusus (special mention loan/SML) dan kredit macet mencapai 9,4%. Hal tersebut terjadi seiring penurunan peringkat kredit ke perusahaan baja nasional.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Emiten berkode saham BBNI itu pun menaikkan provisi dari Rp 15,8 triliun menjadi Rp 30,8 triliun Januari 2020, sesuai penerapan PSAK 71 alias IFRS 9.

SML adalah kredit yang debitornya menunggak cicilan selama 1-90 hari. SML bisa diturunkan statusnya ke macet jika debitor nunggak selama 180 hari.

Dalam materi pertemuan analis yang dipajang di laman BEI, Kamis (23/1/2020), disebutkan, perseroan menambah provisi berkisar Rp 13-14 triliun pada bulan ini. Sumbernya dari laba ditahan. Alhasil, rasio kecukupan modal (CAR) turun 200 basis poin.

“IFRS 9 akan memberikan prospek laba bersih menjanjikan ke depan, karena perseroan akan berhati-hati dalam menangani kredit,” tulis perseroan.

Kredit macet (nonperforming loan/NPL) BNI tahun lalu mencapai Rp 11,8 triliun. Rasio NPL mencapai 2,3%, naik dari 2018 sebesar 1,9%. Adapun kredit macet baru tahun lalu mencapai Rp 8,2 triliun.

Penyumbang NPL adalah perusahaan manufaktur dan pertambangan timah di Bangka dengan nilai pinjaman Rp 877 miliar, lalu perusahaan TI di Jakarta Rp 682 miliar, dan perusahaan tekstil di Solo Rp 468 miliar.

Adapun NPL kecil datang dari perusahaan galangan kapal di Kalimantan Barat sebesar Rp 150 miliar dan perusahaan jasa transportasi laut di Jakarta Rp 148 miliar.

Kredit dalam perhatian khusus atau special mention loans (SML) mencapai Rp 24 triliun tahun lalu. Pemicunya downgrade kredit ke perusahaan baja di Banten senilai Rp 5,4 triliun, lalu kredit ke perusahaan marmer di Sulawesi Selatan Rp 108 miliar dan hotel di Purwokerto Rp 98 miliar. (rah/marketmover)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *