Tafsir Al-Quran Surat Shad Ayat 26

Tafsir Al-Quran Surat Shad Ayat 26
K.H. Didin Hafidhuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Tafsir Al-Quran Surat Shad Ayat 26

Oleh : K.H. Didin Hafidhuddin

Disarikan oleh : Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

1. Alhamdulillahi rabbil alamin. Kita berjumpa lagi pada kajian tafisr Al-Quran, hari ini Ahad tanggal 26 Dzulhijjah yang bertepatan dengan tanggal 16 Agustus 2020, yang sudah masuk pada Surat Shad Ayat 26. Kita mulai membaca ummul kitab Al-Fatihah. Terjemahan dari Surat Shad ayat 26 itu adalah: (Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”

2. Pelajaran penting dari Surat Shad ayat 26 di atas adalah sebagai berikut: Manusia mendapat dua tugas dari Allah SWT. Satu adalah beribadah, baik ibadah mahdoh, maupun yang bukan mahdoh, seperti mualamat dan lain-lain “wa ma khalaqtul jinna wal in-sa illa liya’budun” (Adz-Dzariat: 56), Sesungguhnya Kami tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah”. Kedua adalah tugas khalifah, tugas sebagai pemimpin atau pengelola bumi. Surat Al-An’am, Ayat 165, yang artinya, Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang”. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang tugas kekhalifahan itu, misalnya Al-Baqarah ayat 30, yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Tugas khalifah adalah melakukan tindakan-tindakan untuk perbaikan kehidupan ummat manusia, untuk kemaslahatan, untuk meningkatkan kesejahteraan. Siapapun kita, apa pun tugas kita, kita wajib memberikan kemanfaatan kepada ummat manusia. Intinya, tugas khalifah adalah memberikan kemanfaatan kepada orang lain, kepada keluarga, dan kepada masyarakat secara luas. Perintah Allah SWT sangat tegas, “Maka hendaklah kalian ambil keputusan sebagai kqhalifah di tengah-tengah manusia itu dengan haq, dengan kebenaran. Jangan mengikuti hawa nafsu, karena hal itu jauh dari petunjuk Allah”.

3. Persyaratan utama untuk menjadi khalifah adalah berlaku adil untuk menegakkan kebaikan. Kita tidak boleh berlaku dzalim. Adil adalah persyaratan yang utama. Tidak mungkin ada kebaikan jika tanpa keadilan. Tidak mungkin ada kesejahteraan jika tanpa keadilan. Lawan dzalim adalah adil. Kita diperintahkan berlaku adil dalam segala hal. Contoh dalam menegakkan hukum. Ketika hukum ditegakkan dengan tidak adil, maka di situ terjadi hal yang tidak diinginkan, Sekali lagi, landasan kehidupan adalah keadilan. Landan rumah tungga adalah keadilan. Pernah ada kisah cerita pencurian yang sering kita dengar, oleh seorang wanita dari Bani Ma’zumiyah, yang berasal dari suku bangsa yang dimuliakan ketika itu. Para sahabat pada waktu enggan untuk menegakkan keadilan, karena suku itu biasanya dihormati dan dimuliakan. Rasulullah SAW marah pada waktu itu, dalam konteks sayang kepada para sahabtnnya dan kepada ummat manusia, sambil memberi peringatan bahwa kehancuran ummat-ummat terdahulu, karena ketidakadilan dan penegakan hukum. Jika pelaku pencurian berasal dari kaum terpandang, dekat dengan kekuasaan, kalian seakan diam. Tapi, jika pelaku pencurian berasal dari kalangan biasa, maka kalian cepat menanggulangi. Hukum seakan hanya tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas. Rasulullah SAW secara tegas, “Sesungguhnya orang-orang atau kaum terdahulu hancur karena keadilan yang tidak ditegakkan. Demi Allah. Seandainya Fatimah anakku sendiri yang melakukan pencurian, aku yang menegakkan hukum, aku yang akan memotong tangannya”.

4. Rasulullah SAW juga dalam suatu hadist menyebutkan bahwa para penegak hukum terbagi tiga kelompok. Dua kelompok akan masuk neraka, tapi satu kelompok akan masuk surga: (1) Seorang yang mengetahui kebenaran (material dan formal), dan dia memutuskan perkara berdasarkan kebenaran yang pengetahuan yang diyakininya sejalan dengan aturan yang diketahuinya, maka dia akan masuk surga. (2) Seorang yang tidak mengetahui kebeneran, kemudian ia menetapkan keputusan berdasarkan ketidaktahuannya itu (atau seenaknya saja), maka dia akan masuk neraka. (3) Seorang yang mengetahui kebenaran, tapi dia dzalim atau tidak berlaku adil dalam mengambil keputusan, maka dia juga akan masuk neraka. Jadi, keadilan hukum merupakan salah satu pilar dari tegaknya suatu bangsa. Jika kita berkesempatan untuk menetapkan keputusan dalam suatu perkara manusia, maka tetapkanlah dengan keadilan, karena hal itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Dahulu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz senantiasa berkhutbah sambil membaca ayat Al-Quran yang menyeru untuk berbuat adil, berbuat kebajikan dan silaturrahmi atau memberi bantuan kepada kerabat, yang sekarang diikuti oleh para khatib shalat Jumat pada setiap khutbah kedua, “Innallaha ya’muru bil ‘adli wal ihsan, wa ii-taa-i dzil qurba, wa yan-haa anil fahsyaa-i wal baghyi, ya’dzukum la’allaku tadzakkarun” (Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan (kedzaliman). Dia memberi pengajaran kepadamu, agar kamu dapat mengambil pelajaran”. Di sini dijelaskan bahwa sumber kebaikan ada 3, yaitu: adil, berbuat baik dan silaturrahmi. Sumber kejahatan juga ada 3, yaitu: keji, munkar dan dzalim. Sekali lagi, seorang hakim harus berani menetapkan urusan secara adil.

5. Keadilan dalam sumberdaya ekonomi. Jika penguasaan sumberdaya ekonomi oleh segelintir dan sekelompok orang saja, maka kehancuran yang akan terjadi. Harta dan sumberdaya ekonomi tidak boleh hanya dikuasai oleh kelompok-kelompok tertentu saja. Sekali lagi, ujung dari kedzaliman adalah kehancuran. Ini benar-benar sangat berbahaya. Kedzaliman itu akan menghasilkan kegelapan, baik di dunia, maupun di akhirat. Pekan lalu pernah kita bahas, bahwa kejahatan atau kedzaliman akan dibalas Allah sekarang dan/atau nanti di akhirat. Pemimpin yang dzalim akan mendapat siksaan di dunia, bahkan mengarah pada kehancuran. Perintah Allah SWT sudah jelas. Tetapkan putusan dengan adil. Jangan mengikuti hawa nafsu saja. Sesungguhnya bagi mereka akan mendapat siksa yang dahsyat, dan pada pertanggungjawaban di hadapan pengadilan akhirat ketika menghadap Allah SWT. Keadilan perlu menyeluruh dalam kehidupan. Apalagi kita menjadi pejabat publik.

6. Demikian kajian singkat ini. Mudah-mudahan kita terjaga dari kedzaliman dan Allah SWT menuntun kita untuk berlaku adil. Dalam konteks Hari Kemerdekaan besok, kita perlu juga memberi makna penting bahwa kemerdekaan adalah menjaga dari penyembahan kepada manusia. Kemerdekaan yang hakiki adalah ketika pikiran kita terjaga dari penghambaan kepada manusia. Semoga para pemimpin dan kita semua senantisa mampu berlaku adil, yang mengarah pada kebaikan kita bersama. Mari kita tutup dengan doa kifarat majelis. Subhanaka allahumma wa bihamdika, asyhadu an la ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaika. Silakan ditambahi dan disempurnakan, terutama oleh hadirin yang tadi ikut menyimak langsung ta’lim Professor Didin Hafidhuddin tadi. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *