Hikmah Malam: Empat Golongan yang Perlu Diteladani dan Dijauhi

jaga lisan dan hati
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id,- Setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Umumnya karakter tersebut terbentuk oleh lingkungan, pendidikan dan buku apa yang pernah orang tersebut baca. Selanjutnya mereka menerapkannya setiap hari hingga terciptalah sebuah kepribadian entah itu pribadi mulia ataupun sebaliknya.

Fenomena ini mendapat perhatian khusus dari seorang ulama sufi ternama asal Persia, Syekh Abdul Qadir Jaelani. Dalam kitabnya, Fathul Ghaib, beliau memaparkan jenis pribadi manusia mana saja yang patut ditiru dan mana yang harus dihindari. Secara garis besar, beliau mengategorikannya ke dalam empat golongan manusia, yaitu :

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Orang yang tak berlisan dan tak berhati

Orang yang tidak memiliki lisan adalah mereka yang menggunakan lisan untuk hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Mengenai hal ini Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menuturkan ada lima belas kejelekan yang bersumber pada lisan.

Di antaranya, berbicara tanpa faedah, berbicara berlebihan, membicarakan hal hal terlarang, memicu permusuhan, mengada – ada sesuatu yang tidak dia mengerti, melaknat, mengejek, menyebarkan rahasia, bergunjing dan lain-lain.

Sementara seseorang yang tidak memiliki hati adalah orang yang hatinya telah dirasuki oleh penyakit-penyakit hati, seperti suka berburuk sangka, iri, dengki, sombong, ujub, riya, dendam hingga menyekutukan Allah Swt. Akibat dosa-dosa mereka perbuat, perlahan-lahan hati mereka menjadi gelap sehingga sukar untuk berbuat kebaikan.

Syekh Abdul Qadir mengatakan bahwa golongan manusia pertama ini adalah pendosa yang amat durhaka. Maka berhati-hatilah jangan sampai kita masuk dalam golongan tersebut. Sebab di hari kiamat kelak mereka akan mendapatkan azab yang pedih.

Orang yang berlisan tapi tak berhati

Kelompok ini dihuni oleh orang-orang yang pandai berbicara, kata-katanya indah, penuh hikmah dan kebijaksanaan, menyeru pada kebaikan dan ketakwaan, mengajak manusia untuk beriman kepada Allah namun ironisnya dirinya sendiri justru berpaling dari Sang Khalik.

Mengutip Ihya Ulumuddin, Khalifah Umar bin Khattab telah mewanti-wanti akan adanya manusia dari golongan ini, Umar berkata, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari umatku adalah setiap orang munafik yang alim”. Mereka bertanya, “Bagaimana orang munafik menjadi alim?” Umar berkata, “Alim dalam lidahnya, dan bodoh hatinya dan amalnya”.

Saking berbahaya golongan ini, Syekh Abdul Qadir berpesan untuk menjaga jarak dengan golongan manusia jenis ini agar kita senantiasa terlindungi dari manisnya lisan yang bisa membuat kita hangus terbakar oleh kemaksiatan atau terbunuh oleh kebusukan hati mereka.

Orang yang berhati tapi tak berlisan

Mereka adalah mukmin yang Allah lindungi dari kejelekan makhluk – makhluk-Nya. Allah terangi hatinya, Allah beritahu bahayanya apabila serampangan berbicara, sehingga mereka yakin bahwa keselamatan ada dalam sikap diam.

Rasulullah sendiri telah mengisyaratkan mengenai keutamaan diam ketimbang berbicara asal – asalan. Beliau bersabda, ”Barang siapa yang diam maka dia akan selamat”. Dalam hadist lainnya, beliau bersabda, ”Diam itu bijaksana dan sedikit pelakunya”.

Dalam Ihya Ulumuddin dikisahkan, Abu Bakar meletakkan batu di mulutnya untuk mencegah dirinya berbicara. Beliau mengisyaratkan kepada lidahnya dan berkata,”Inilah yang menjerumuskanku dalam berbagai kesalahan”.

Selaras dengan ucapan Rasulullah dan kekhwatiran Abu Bakar, para ulama menyatakan bahwa “Keselamatan itu ada 10 bagian, dan sembilan diantaranya dengan diam”.

Syekh Abdul Qadir berpesan agar kita senantiasa mendengarkan petuah – petuah orang – orang dari kelompok ketiga, sebab mereka telah mampu menjaga lisannya sehingga mereka diberi ketinggian derajat oleh Allah Swt. Mereka sebenarnya adalah wali – wali Allah di muka bumi.

Orang yang berlisan dan berhati

Golongan manusia ini dihuni  oleh insan-insan mulia. Sebagaimana tercantum dalam hadist, “Barang siapa yang belajar, berilmu dan beramal maka orang itu disebut orang mulia, di segala penjuru langit”.

Mereka diberi kenikmatan berupa pemahaman mendalam tentang hakikat Allah dan firman – firman-Nya. Allah anugrahi mereka hidayah, melapangkan dada dan menempatkan dalam lubuk hati mereka ilmu serta rahasia Allah yang tidak diketahui oleh orang biasa.

Allah jadikan mereka senantiasa berdakwah membimbing hamba – hamba-Nya ke jalan yang benar. Memperingatkan mereka di saat keliru dan terbuka untuk bermusyawarah untuk membahas hal – hal yang dianggap janggal.

Mereka tidak hanya mendapat hidayah namun juga menjadi perantara tersalurnya hidayah kepada orang lain. Tidak hanya selamat tapi juga menjembatani keselamatan orang lain. Sesungguhnya mereka adalah pewaris para Nabi dan Rasul.

Para insan mulia di golongan ke empat telah mencapai puncak tertinggi derajat Bani Adam. Tidak ada derajat yang lebih tinggi lagi kecuali derajat para nabi.

Oleh sebab itu, Syekh Abdul Qadir berpesan agar kita senantiasa mendengarkan nasihat – nasihatnya, mengikuti dan meniru laku lampah serta akhlakul karimahnya. Sebaliknya, kita juga harus berhati-hati jangan sampai berselisih, menyakiti dan menjauhi para alim ulama di golongan ke empat ini. (bincangsyariah).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *