Kisah Sumayyah Binti Khayyath

Kisah Sumayyah Binti Khayyath
Sumayyah Binti Khayyath. foto/ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Zaman dahulu, di masa awal kemunculan Islam, bukahlah hal yang mudah dalam mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ketika ingin mengucapkan dua kalimat syahadat, seseorang sudah siap akan kehilangan kehidupannya, bahkan orang tercinta seperti orang tua dan kerabat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Berbagai perlakuan tak terpuji pun harus siap dihadapi.
Semua itu berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali, tanpa memandang status sosial, semua mengalami hal yang sama.

Seperti khulafaur Rasyidin Abu Bakar ash-Shiddiq, beliau merupakan seorang dari kalangan bangsawan pernah mendapatkan siksaan hingga pingsan.
Sebab, pada zaman itu orang yang memeluk Islam adalah orang terpilih yang siap bertaruh nyawa.

Ketika awal mula kedatangan Islam, ada seorang wanita mulia yang memiliki keimanan yang kuat, dia termasuk orang yang pertama memeluk Islam pada waktu itu, dan orang ketujuh yang menyambut seruan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salaam.

Siapakah beliau?
Dialah Sumayyah binti Khayyath radhiallahu ‘anha adalah ibu dari Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhuma. Ia memeluk Islam ketika berada di Kota Makah, dan menjadi orang ketujuh yang menyambut seruan tauhid dari Rasulullah (Ibnu Mandah; al-Mustakhraj, 2/516).

Dalam kitab Ibnu Abdil Bar, al-Isti’ab fi Ma’rifati al-Ash-hab, 4/1864) menyatakan bahwa,
“Orang pertama yang menampakkan keislamannya adalah Rasulullah, kemudian Abu Bakar ash-Ashidiq, Bilal bin Rabbah, Shuhaib,Khabab bin al-Arat, Ammar bin Yasir, dan kemudian yang ketujuh Sumayyah ibunya Ammar.
Semoga Allah meridhoi mereka semua”.

Diceritakan bahwa Sumayyah mempunyai seorang suami dari negeri Yaman. Sebelumnya, Sumayyah merupakan seorang ammat atau budak pada waktu itu, kemudian dia dinikahkan oleh Abu Hudzaifiah dengan pria asal Yaman tersebut, Yasir bin Amir. Kemudian Sumayyah dibebaskan sejak Sumayyah melahirkan anaknya yang diberi nama Ammar.

Dalam kehidupannya memeluk Islam, Sumayyah binti Khayyath mendapt siksaan demi siksaan agar kembali lagi ke agama sebelumnya.
Namun, ia tetap kokoh memgang erat keyakinannya untuk tetap memeluk Islam, meski pada saat itu ia sudah berumur tua dan lemah.

Suatu ketika, Rasulullah datang menemui Sumayyah, Yasir suaminya, dan juga anaknya, Ammar yang tengah mengalami penyiksaan. Kemudian Rasulullah bersabda,

صَبْرًا يَا آلَ يَاسِرٍ فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ

“Bersabarlah keluarga Yasir. Sungguh tempat kalian adalah surga.” (HR. Al-Hakim dalam Mustadraknya 5646).

Akibat dari penyiksaan yang diterima Sumayyah bersama keluarganya dari Abu Jahal bersama kaumnya, karena Abu Jahal sudah tak tahan dan berputus asa, akhirnya Sumayyah pun dihujam sebuah sangkur hingga ia wafat.

Sumayyah wafat dalam keadaan tegar di atas Islam.
Di bawah terik panasnya sinar matahari dan caci maki kaum kafir Quraisy, Sumayyah tetap mempertahankan ke Islamannya, dan menjadi seorang syahidah pertama dalam Islam (Ibnu Saad: ath-Thabaqat al-Kubra, 8/207).

Maka berkatalah Jabir radhiallahu anhu:

يقتلوها فتأبى إلا الإسلام

“Mereka membunuhnya. Tapi ia tolak semuanya kecuali Islam.” (Ibnu Katsir: al-Bidayah wa an-Nihayah, 3/59).

Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah Sumayyah binti Khayyath

Dari sepenggal kisah tersebut dapat kita maknai bahwa Islam adalah solusi kebahagiaan kehidupan dunia maupun akhirat.
Namun, masih ada banyak orang yang tidak memahami akan hal tersebut.

Kebahagiaan itu adalah bersumber dari hati.
Meskipun tubuh kita mengalami penderitaan, ketika hati bahagia, maka semua itu akan tak terasa menyakitkan.

Jadi sebetul – Nya, makna dari Islam itu sendiri adalah kebahagiaan.
Jika seorang memahami Islam dengan baik, maka bagaimanapun keadaannya ia akan selalu mendapatkan kebahagiaan di dalam hati – Nya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *