Tafsir Al-Quran Surat Al-Jatsiyah Ayat 21-26: Mempertuhankan Hawa Nafsu Penyebab Utama Kecelakaan Hidup

Tafsir Al-Quran Surat Al-Jatsiyah Ayat 21-26
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Menjawab pertanyaan bagaimana strategi kita untuk berdakwah kepada mereka yang mempertuhankan hawa nafsu, berpaham materialisme dan pluralisme? Ayat-ayat Al-Quran ini memang indah, semuanya mengena pada permasalahan hidup kita sehari-hari. Barang siapa membaca Al-Quran dengan sungguh-sungguh, insya Allah kehidupan kita akan diliputi dan dipenuhi cahaya, nurus samawai, Chaya dari Allah SWT. Kita diperintah untuk konsisten, penuh keikhlasan. istiqamah dalam membaca dan mengamalkan ayat-ayat Al-Quran. Bahkan esensi dari ajaran islam itu adalah istiqamah. Kita perlu merujuk pada teladan yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Ketika Beliau ditanya oleh seorang sahabat Sufyan bin Abi Amrah RA bertanya kepada Rasulullah SAW, “Tunjukkan kepadaku tentang hakikat dari islam. Saya menunggu jawaban Engkau. Saya tidak perlu bertanya kepada yang lain”. Rasulullah SAW menjawab “Qul amantu billah, tsumma istaqimu”, Allah SWT menuntun Rasulullah SAW dengan sebuah ayat Al-Quran, “Katakanlah (Muhammad), “Aku beriman kepada Allah, kemudian aku istiqamah”. Pada ayat ini, kata sambung yang digunakan adalah “tsumma”, bukan “wa”, karena istiqamah itu memerlukan atau merupakan suatu proses yang dihasilkan dari aktivitas iman dan amal shalih.

Bagaimana jika kita sudah berusia 60 tahun tapi belum mendapat hidayah, apakah masih akan mendapat hidaya? Insya Allah hidayah itu tidak dibatasi oleh waktu. Ada orang yang bertaubat menjelang kematiannya, dengan taubat secara sungguh-sungguh, taubatan nasuhan. Jika kita bersungguh-sungguh, insya Allah hidayah itu akan datang. Bertaubatlah kepada Allah SWT, hingga sebelum sakratul maut. Menjelang kematian itu, biasanya setiap orang sudah diberikan gambaran tentang tempat kembalinya nanti di akhirat kelakk. Perhatikan Surat An-Nisa ayat 80, “Dan taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, “Saya benar-benar bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tersebut. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *