Dari dulu saya sudah wanti-wanti potensi konflik kepentingan penyelenggara negara di situ. GOTO, kita tahu salah satu pemiliknya adalah kakak Menteri BUMN, sudah dapat Rp6,4 triliun dari Telkomsel dan sahamnya ambrol saat ini. Sekarang ‘dibantu’ lagi oleh Pertamina.
Kesepakatan bisnis G20 lainnya yang saya catat adalah antara Lembaga Pengelola Investasi (LPI) dan dua perusahaan China, CATL (Contemporary Amperex Technology Co. Limited) dan CMB International. CATL dikendalikan oleh Yu Qun Cheng, Zhen Hua Pei, dan China Merchants Bank Co. Ltd. Sementara CMB International adalah lembaga manajemen aset dan keuangan.
Kesepakatannya adalah menyiapkan dana US$2 miliar (Rp30 triliun kurs Rp15 ribu) untuk bisnis kendaraan listrik. Mudah diterka, LPI kemungkinan akan kucurkan duit ke situ. LPI banyak duit: setahun ada Rp75 triliun yang terdiri dari Rp30 triliun APBN dan sisanya Rp45 triliun dari pengalihan saham pemerintah. Sebelumnya mereka sudah suntik Mitratel Rp3 triliun.
Yang juga kejatuhan berkah G20 adalah Adaro Minerals Indonesia (ADMR), lagi-lagi anak perusahaan ADRO yang dimiliki kakak Menteri BUMN. Dia dapat bisnis dari Hyundai Motor Company untuk memasok 50-100 ribu ton alumunium per tahun. Advertorial beritanya bisa Anda baca di Tempo online.
Berikutnya adalah Bakrie & Brothers (BNBR) bersama Envision Group akan membangun kawasan industri nol emisi di Sulawesi Tengah. Sebaiknya kita ingatkan juga Bakrie bayar utang Rp773,8 miliar dengan bunga 4% ke negara yang dulu dipakai talangi pembayaran korban Lapindo.
Selanjutnya anak usaha Barito Pacific (BRPT), Star Energy Geothermal, yang menandatangani kesepakatan dengan PLN untuk membangun stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). 70,85% BRPT kepunyaan Prajogo Pangestu.
Jadi, kira-kira begitulah gambaran yang dapat untung dari G20. Kita semua paling menjadi sasaran konsumen kendaraan listrik.
Halo para pemimpin dunia, begitulah keadaan Indonesia yang sebenarnya!
Salam.