Daftar Donatur Palestina
Hajinews.id – Di tingkat akar rumput, ada sedikit banyak perselisihan antara warga NU dan warga Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai gerakan reformis dipandang berbeda. Namun, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah ormas Islam dengan orientasi Ahlussunnah Wal Jama’ah yang sama dengan NU. Maka ia menyebutnya jadilah orang NU tanpa membenci keberadaan Muhammadiyah.
Gus Baha yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA itu menceritakan tentang pesan dari KH Ali Maksum (1915-1989) dan KH Maimun Zubair (Mbah Moen). Mbah Ali Maksum dikenal sebagai ulama yang kuat menjalin silaturahim, termasuk menjalin persahabatan dengan ulama-ulama dari Muhammadiyah. Dan Mbah Moen dikenal sebagai ulama panutan yang menjembatani silaturahim NU dan Muhammadiyah.
“Kamu harus NU dan mempertahankan NU, tapi tidak dengan cara membenci Muhammadiyah,” kata Gus Baha dalam satu ceramahnya.
Gus Baha menceritakan tentang persaudaraan NU dan Muhammadiyah, di mana pendiri NU KH Hasyim Asy’ari dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan punya memiliki guru yang sama, di antaranya Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Mbah Sholeh Darat as-Samarani.
“Mbah Moen juga sering cerita, dulu Mbah Hasyim, dan Mbah Dahlan bernama asli Darwis sama-sama ngaji ke Mbah Khatib Minangkabawi,” kata Gus Baha. Hanya saja, KH Ahmad Dahlan ikut gerakan Muhammad Abduh dengan mengacu kitab Al-Manar.
“Sehingga bawaan Mbah Dahlan agak agresif. Sementara Mbah Hasyim, hanya mulazim ke Syekh Mahfudz dan sesekali ngaji ke Syekh Khatib Minangkabawi. Keduanya sama-sama pernah mengaji ke Mbah Sholeh Darat di Semarang,” ucap Gus Baha.
Karena itu tak heran jika Mbah Ali Maksum dengan dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah. Apalagi Muhammadiyah dan NU hanya berbeda pandangan fiqih saja. “Hal itu lumrah dalam Islam.”
