Kisah Abu Nawas: Mengaku Menyukai Hal-hal Fitnah Kemudian Diangkat Menjadi Raja

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Abu nawas kemudian menjelaskan alasan yang sebenarnya

“Paduka, baik jadikan pas ada yang meninggal, pasti ada orang yang memberikan ayat-ayat talkin di makam. Nah di situlah hamba selalu dengar kata-kata yang initinya begini. Kematian itu adalah nyata. Begitupula neraka itu juga perkara haq dan nyata. Kesimpulanya, apakah ada orang yang tidak benci dengan kematian dan neraka-neraka tersebut…? Bukankah sang baginda raja juga sangat benci hal-hal itu sama seperti hamba kan….?” kata Abu Nawas meyakinkan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“ Waw, pintar sekali otakmu ya !!” Sahut sang baginda mengagumi jawaban Abu Nawas.

Namun rupanya baginda belum begitu puas. Baginda raja lalu bertanya lagi “Tetapi, gimana penjelasanmu tentang omonganmu yang menyatakan bahwa dirimu suka terhadap fitnah-fitnah”.

“Begini paduka yang mulia. Saya sering mendengar orang menjelaskan bahwa harta kekayaan dan anak-anak kita ini adalah sebuah fitnah. Padahalkan sang baginda raja juga sangat menyukai harta dan anak-anak sama seperti diri hamba. Betul kan wahai baginda yang mulia…??” jelas Abu Nawas dengan kata-kata yang sangat cerdas.

Abu Nawas Jadi Raja Demi Membantu Teman

Abu Nawas menjadi raja di negeri seberang. Ceritanya berawal ketika di negeri seberang terdapat sebuah kerajaan yang aman, adil, makmur, dan sentosa karena dipimpin raja bijaksana.

Sang raja sudah memimpin sejak usia muda hingga sekarang di masa tua belum pernah digantikan oleh siapa pun, dan rakyatnya tidak pernah keberatan karena raja memerintah dengan adil.

Suatu hari raja merasa jenuh. Ia ingin istirahat menjadi raja selama setahun, namun uniknya tidak menyerahkan posisi raja kepada anak keturunannya, tetapi malah mengadakan sayembara untuk mencari sosok yang pantas menjadi raja.

Disebarlah pengumuman ke seluruh negeri. Siapa pun boleh menjadi raja, mulai rakyat jelata sampai kaum bangsawan. Tetapi ada dua syarat yang harus dijalani.

Syarat pertama, dia akan dijadikan raja selama setahun. Syarat kedua, setelah menjadi raja selama setahun, maka harus diasingkan di sebuah hutan belantara yang dihuni ribuan hewan buas.

Syarat pertama tentu saja bukan masalah besar, justru merupakan suatu keberuntungan. Namun syarat kedua membuat orang-orang yang berhasrat menjadi raja akan berpikir dua kali karena semua orang tahu seperti apa hutan belantara yang penuh binatang buas.

Karena itulah sayembara tersebut belum ada yang berani mengajukan diri menjadi raja.

Akhirnya datang seorang pemuda yang menyatakan kesanggupannya menjadi raja dan menerima dua syarat tersebut.

Pemuda ini sebenarnya adalah pemuda biasa yang ingin merasakan bagaimana nikmatnya menjadi raja karena selama ini ia hidup pas-pasan.

Diangkatlah dia menjadi raja dan mulai saat itu mendapat pelayanan layaknya raja, harta berlimpah, wanita cantik, makan dan minuman enak, serta fasilitas istimewa lainnya.

Tapi sayang ternyata ketakutannya akan kematian membuatnya tidak bisa menikmati semua itu.

Tiga bulan pertama dia mulai gelisah karena umurnya tinggal 9 bulan lagi. Tiga bulan kedua ia makin tidak tenang makan, tidur tidak nyenyak. Tiga bulan ketiga dia mulai menyesali keputusannya menjadi raja.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *